Hari ke-9 : Menggapai keterbatasan |
Sesuatu yang berusaha ingin kita gapai biasanya adalah yang berada di luar jangkauan, berada di atas
kemampuan biasa, sehingga membutuhkan daya-upaya, kerja keras, dan keteguhan hati untuk bisa menggapainya.
Yesus adalah Putera Allah, dimana kuasa-Nya berasal dari Allah, dan tidak ada
yang tidak mungkin untuk bisa Dia gapai. Dia bukan manusia biasa yang segalanya
serba terbatas.
Padang Gurun adalah ruang bagi Dia untuk memasuki kemanusiaan dengan segala
keterbatasannya. Maka dengan rela hati Dia berusaha menggapai keterbatasan itu.
Merasa lelah, merasa lapar, merasa haus, merasa tidak berdaya, Dia benar-benar
merasakan semua itu. Dia tidak mengusir semua rasa itu dengan kuasa-Nya. Tidak!
Sebab jika hal itu Ia lakukan, lalu apa artinya Dia memasuki padang gurun?
Sepanjang sejarah perjalanan hidupnya, manusia tumbuh dan berkembang
karena usahanya untuk mengatasi keterbatasan. Manusia harus belajar, berlatih
dan terus berupaya untuk bisa melakukan yang sebelumnya tidak mampu mereka
lakukan. Mereka harus berusaha supaya bisa memiliki apa yang sebelumnya belum
mereka miliki. Begitu pula halnya dengan iman. Iman pun harus tumbuh dan
berkembang, bukan hanya diam dan berhenti.
Kita harus belajar untuk percaya, belajar untuk meyakini. Kita pun
harus berjuang untuk bisa memahami misteri
Allah. Benar bahwa Allah sungguh misteri bagi manusia. Namun dinding
misteri itu bukan dinding yang mati, melainkan bisa bergeser. Ketika kita mampu
memahami sedikit-demi sedikit maka
dinding itu bergeser sehingga memberikan kita ruang pemahaman yang lebih luas.
Benar, bahwa dinding itu tidak akan bisa hilang, dinding misteri itu tetap ada,
namun setidaknya ruang pemahaman kita menjadi lebih lega dan tidak terkurung
dalam ruang sempit.
Ada orang yang berusaha menghilangkan dinding misteri tersebut, atau
melompatinya. Lalu mereka merasa menjadi orang yang paling tahu tentang Allah,
merasa menjadi orang yang paling dekat dengan Allah. Jika itu terjadi, maka
berhentilah dia belajar untuk memahami, berhenti pulalah imannya untuk tumbuh.
Bahkan ada yang karena keangkuhannya berani menempatkan diri sejajar dengan
Allah, atau menganggap Allah tidak ada.
Dinding misteri itu adalah batas bagi kita dalam memahami Allah. Tidak
perlu kita menghancurkannya, tidak perlu melompatinya. Marilah kita belajar
untuk menggeser saja, agar leluasa ruang pemahaman kita. Dinding misteri itu
adalah dinding keterbatasan manusia. Kita berusaha menggapai untuk bisa
mendapatkan ruang yang lebih luas, bukan untuk menjadi allah, atau menguak
misteri Allah.
Pangkur -2
Tigan peksi gya netesa
Daya-daya anggenira kekablak
swiwi
Lamun tan saged ginayuh
Klakone titimangsa
Najan wasis mokal dumugi ing
tengsu
Ananging sampun kuciwa
Wiyar tlatah kang wigati
(maka telur burung menetaslah, tiada tahan untuk mengepakkan sayap.
Tetapi masih belum mampu terbang, semua ada saatnya. Meskipun sudah mahir,
tidak mungkin bisa mencapai bulan. Tetapi tidak perlu kecewa, luasnya wawasan
itulah yang penting.)
(13/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)
No comments:
Post a Comment