Saturday, November 14, 2015

SILENCIO INCOGNITO Hari ke-9 : Menggapai keterbatasan

Hari ke-9 : Menggapai keterbatasan  
Sesuatu yang berusaha ingin kita gapai biasanya adalah yang  berada di luar jangkauan, berada di atas kemampuan biasa, sehingga membutuhkan daya-upaya, kerja keras,  dan keteguhan hati untuk bisa menggapainya. Yesus adalah Putera Allah, dimana kuasa-Nya berasal dari Allah, dan tidak ada yang tidak mungkin untuk bisa Dia gapai. Dia bukan manusia biasa yang segalanya serba terbatas.
Padang Gurun adalah ruang bagi Dia untuk memasuki kemanusiaan dengan segala keterbatasannya. Maka dengan rela hati Dia berusaha menggapai keterbatasan itu. Merasa lelah, merasa lapar, merasa haus, merasa tidak berdaya, Dia benar-benar merasakan semua itu. Dia tidak mengusir semua rasa itu dengan kuasa-Nya. Tidak! Sebab jika hal itu Ia lakukan, lalu apa artinya Dia memasuki padang gurun?
Sepanjang sejarah perjalanan hidupnya, manusia tumbuh dan berkembang karena usahanya untuk mengatasi keterbatasan. Manusia harus belajar, berlatih dan terus berupaya untuk bisa melakukan yang sebelumnya tidak mampu mereka lakukan. Mereka harus berusaha supaya bisa memiliki apa yang sebelumnya belum mereka miliki. Begitu pula halnya dengan iman. Iman pun harus tumbuh dan berkembang, bukan hanya diam dan berhenti.
Kita harus belajar untuk percaya, belajar untuk meyakini. Kita pun harus berjuang untuk bisa memahami misteri  Allah. Benar bahwa Allah sungguh misteri bagi manusia. Namun dinding misteri itu bukan dinding yang mati, melainkan bisa bergeser. Ketika kita mampu memahami  sedikit-demi sedikit maka dinding itu bergeser sehingga memberikan kita ruang pemahaman yang lebih luas. Benar, bahwa dinding itu tidak akan bisa hilang, dinding misteri itu tetap ada, namun setidaknya ruang pemahaman kita menjadi lebih lega dan tidak terkurung dalam ruang sempit.
Ada orang yang berusaha menghilangkan dinding misteri tersebut, atau melompatinya. Lalu mereka merasa menjadi orang yang paling tahu tentang Allah, merasa menjadi orang yang paling dekat dengan Allah. Jika itu terjadi, maka berhentilah dia belajar untuk memahami, berhenti pulalah imannya untuk tumbuh. Bahkan ada yang karena keangkuhannya berani menempatkan diri sejajar dengan Allah, atau menganggap Allah tidak ada.
Dinding misteri itu adalah batas bagi kita dalam memahami Allah. Tidak perlu kita menghancurkannya, tidak perlu melompatinya. Marilah kita belajar untuk menggeser saja, agar leluasa ruang pemahaman kita. Dinding misteri itu adalah dinding keterbatasan manusia. Kita berusaha menggapai untuk bisa mendapatkan ruang yang lebih luas, bukan untuk menjadi allah, atau menguak misteri Allah.

Pangkur -2

Tigan peksi gya netesa
Daya-daya anggenira kekablak swiwi
Lamun tan saged ginayuh
Klakone titimangsa
Najan wasis mokal dumugi ing tengsu
Ananging sampun kuciwa
Wiyar tlatah kang wigati


(maka telur burung menetaslah, tiada tahan untuk mengepakkan sayap. Tetapi masih belum mampu terbang, semua ada saatnya. Meskipun sudah mahir, tidak mungkin bisa mencapai bulan. Tetapi tidak perlu kecewa, luasnya wawasan itulah yang penting.)

(13/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)

No comments:

Post a Comment