Hari ke-12 : Bertahan Untuk Hidup |
Dia lapar, lapar yang
sangat lapar. Tubuh-Nya lemas, perut-Nya sakit. Mengapa bisa begitu? Karena Dia
manusia yang terbuat dari daging dan darah. Mekanisme organ tubuh adalah
mekanisme kemanusiaan, maka Dia mengalami-Nya. Apakah karena Dia Putera Allah
lalu Dia menggunakan kuasa-Nya untuk menghilangkan rasa sakit itu? Jika
demikian maka Dia tidak mengalami kemanusiaan.
Tidak! Dia tetap menerima sakit itu. Rasa itu diterima. Rasa sakit yang
bahkan lebih dari yang sebagaimana kita semua rasakan.
Manusia, apakah benar
makhluk yang paling mulia? Lebih mulia manakah manusia dibandingkan dengan
hewan? Lebih mulia manakah manusia dibandingkan dengan tumbuhan? Jika
dibandingkan dengan rumput, manakah yang lebih mampu bertahan hidup? Kedua-Nya
hidup! ketika tidak ada makanan, adakah manusia mampu bertahan sebagaimana
rumput? Tampaknya rumput itu mati, tetapi begitu hujan turun atau tersiram air,
rumput bersemi lagi. Rumput mampu menahan kehidupan lebih lama daripada manusia.
Mengapa manusia tidak? Barangkali jawabannya adalah karena rumput sangat
sederhana. Rumput hanya merupakan susunan sel, sebaliknya manusia demikian
kompleks, demikian tidak sederhana.
Menjadi sederhana,
demikian sulit bagi manusia. Itulah yang menyebabkan manusia menjadi demikian
rapuh. Sekiranya manusia bisa menjadi sederhana, barangkali dia pun bisa
mempertahankan kehidupan lebih baik daripada rumput. Sekiranya manusia bisa
lebih sederhana, barangkali dia bisa lebih mulia daripada rumput.
Sumber ketidaksederhanaan
adalah pikiran. Jika pikiran bisa menjadi lebih sederhana, semua menjadi lebih
mudah dilalui. Itulah yang dilakukan oleh Yesus, menyederhanakan pikiran.
Bagaimana Dia menyederhanakan pikiran-Nya? Dengan menyerahkan hidup-Nya kepada
Bapa. Sesederhana itu. Namun karena itulah Dia bertahan hidup.
Pangkur
-5
Wadhas watu gya gineman
Jalma
teki pundi kalangkung ringkih
Jer
sami nggen gesangipun
Tineter
trus waluyo
Yekti
teki ingkang nyata sengguhipun
Kang
pantes jalma minulya
Den
luru marga punapi.
(padhas
dan batu saling berbicara. Manusia dan rumput manakah yang lebih rapuh?
Keduanya sama mengalami hidup. Terus hidup menghadapi cobaan dan kekurangan.
Ternyata rumputlah yang lebih mampu bertahan. Mestinya manusia lah yang mulia.
Cobalah mencari mengapa demikian?)
(16/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)
No comments:
Post a Comment