Hari ke-3 : Menghadapi Badai |
Yesus menghadapi badai di padang gurun, cerita itu tidak ada dalam
Kitab Suci. Peristiwa utamanya adalah Yesus di Padang Gurun dan kisah detailnya
selama 40 hari tidak banyak diceritakan kecuali ketika mengalami 3 godaan. Itu
pun terjadi perbedaan urutan godaan antara Injil Matius dan Lukas. Apakah
selama 40 hari Yesus tidak pernah mengalami badai di gurun? Mungkin ya, mungkin
tidak, karena saat itu Yesus sendiri dan belum mempunyai seorang murid pun. Kisah
menghadapi badai hanyalah hasil kontemplasi dan cuplikan dari Kitab Suci.
Sebagaimana dalam kisah pewayangan dimana ada lakon ‘carangan’ dari kisah besar
Mahabarata atau Ramayana, maka ini merupakan lakon ‘carangan’ dari kisah Yesus
di Padang Gurun.
Cerita Yesus menghentikan angin sakal atau angin ribut ada di dalam
Kitab Suci. Secara jelas dikisahkan dalam Injil Markus, ketika Yesus dengan
para murid berada di dalam perahu terjadi angin taufan yang sangat dahsyat.
Ombak menyembur ke ddalam perahu hingga perahu mulai dipenuhi air. Yesus yang
sedang tidur dibangunkan oleh para murid yang mengalami ketakutan. “Guru,
Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” ungkapan itu seolah menegur Tuhan Yesus
yang dalam situasi tersebut tidak berbuat apapun. Yesus pun berdiri dan
menghardik angin itu, “Diam! Tenanglah!” lalu angin pun tenang dan danau
menjadi teduh. Yesus lalu menegur murid-murid-Nya, “Mengapa kamu begitu takut?
Mengapa kamu tidak percaya?”
Para murid bersama Tuhan Yesus saat itu, namun karena kecemasan dan
ketakutan mereka kehilangan kepercayaan. Mereka tidak percaya bahwa bersama
Yesus, mereka akan tetap selamat. Ketidakpercayaan inilah yang ditegur oleh
Yesus, dan untuk meyakinkan mereka Ia menghentikan angin taufan dan membuat
danau teduh kembali.
Ketika Yesus sendiri, tidak bersama siapapun, dan menghadapi badai di
padang gurun, apakah Dia juga berteriak kepada badai, “Diam..!!
Tenanglah.!” Rasanya tidak mungkin itu
Ia lakukan. Untuk apa Ia harus melakukannya? Apakah Dia cemas dan takut? Apakah
Dia tidak percaya bahwa Roh Kudus menyertai-Nya? Yesus menghardik badai karena
keselamatan murid-murid-Nya dan membangun kepercayaan kepada mereka. Namun
ketika Dia sendiri, maka Dia hanya berdoa kepada Bapa. Dia menyerahkan
segalanya kepada Bapa, dan Dia yakin bahwa Bapa akan menjaga-Nya.
Tidak ada orang hidup yang tanpa persoalan. Persoalan itu terkadang
datang seperti badai, yang membuat kita cemas dan takut. Ketika kita dilanda
kecemasan dan ketakutan itulah iman kita diuji. Terkadang kita berupaya semampu
kita, dengan mengandalkan kekuatan, kekuasaan, harta, untuk bisa mengatasi
persoalan tersebut. Kadang ada yang karena takutnya lari kepada paranormal atau
dukun untuk membantu menyelesaikan persoalannya. Jika Yesus yang adalah Tuhan
kita, mempercayakan diri-Nya kepada Bapa dan tidak mengandalkan kekuatan-Nya
sendiri, mengapa kita tidak bisa mempercayakan diri kepada Allah?
Bagaimana Allah bisa menolong kita? Allah bersama dan melalui orang
lain, entah saudara, entah teman, orang yang memusuhi kita, atau bahkan orang
yang sama sekali tidak kita kenal untuk menolong kita. Maka yang terpenting
adalah berbuat sesuatu, melakukan
sesuatu yang berarti bagi hidup orang lain, dan percaya bahwa Allah akan
mengirim orang yang lain lagi, entah siapa, entah kapan, entah dimana dan entah
bagaimana untuk berarti bagi hidup kita.
Dandanggula
Dhuh
Gusti Kang tuhu Mahasuci
Mugi
kersa tedhak Astanira
Tumetesing
mbun sasate
Dadya
minangka restu
Amrih
gesang amba murakapi
Karya
kinarya japa
Nayuh
gung pangestu
Sumrambah
mring para jalma
Tuhu
bekti myang Kristus Kang Sinuci
Pamoring
asih lan tresna
(Ya Tuhan yang
sungguh Mahasuci, Semoga Engkau berkenan mendekatkan tangan-Mu, bagaikan embun
dalam kehidupan kami, jadikan sebagai
restu supaya hidup kami berarti. Seluruh karya kami menjadi doa yang mengharap
berkah bagai dunia dan seluruh kehidupan. Setia dalam bakti kepadamu ya Tuhan,
karena hanya Engkaulah pancaran kasih sayang)
(7/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)
No comments:
Post a Comment