Hari ke-19 : Dalam Damai |
Dalam
kesendirian, Dia merasakan sepi dan sunyi. Dalam lelah...Dia merasakan kantuk
yang sangat. Maka ditepisnya kekhawatiran akab segala bahaya. Ditidurkannya
pikiran esok mesti berbuat apa. Dalam damai, dilelapkan raga-Nya. Dalam damai
diistirahatkan pikiran-Nya.
Pikiran
kita, kapankah kita mengistirahatkan? Terkadang dalam tidur pun masih terbawa.
Bahkan sering tidak bisa tidur karena pikiran terus mengembara... Antara cemas
dan khawatir, antara keinginan dan ketidakmampuan, antara takut dan penasaran.
Pikiran terua berputar tanpa pernah berhenti. Hingga lelah raga, pikiran kadang
terus melanglang sampai jatuh dalam ketidaksadaran.
Berani
percaya mengenai esok, berani pasrah untuk yg sudah, sepertinya semakin sulit
kita lakukan. Kedamaian semakin jauh dari jangkauan. Marilah sejenak kita
perhatikan ketika anak2 yg masih kecil tidur dengan pulas. Tampak jelas
kedamaian tergambar di raut wajah mereka. Mengapa? Karena pikiran mereka pun
beristirahat. Mereka tidak terganggu tadi dan nanti.
Jika
kita berani percaya kepada-Nya, bukan sekedar ucapan kata-kata. Maka kita bisa
menerima dan menyambut kehidupan sebagaimana anak kecil. Jika kita percaya
pada-Nya, maka kita pun bisa menyambut Tuhan sebagaimana kanak2 menyambut
kehidupan. Damai...damailah senantiasa. Damai dalam percaya.
Asmaradana-4
Rina
wengi trus kumitir
Nora
mandheg tansah kojah
Was
sumelang datan kendo
Wonten
pundi pasrahipun
Pracaya
kandheg ukara
Pitados
mring Gusti iku
Sumarening
cipta rasa...
---------
Siang
malam terus berputar, tiada pernah berhenti..terus saja berulah. Cemas dan
khawatir tiada pernah lelah. Dimanakah letak kepasrahan jika percaya berhenti
pada kata2 belaka?
Percaya
pada Allah itu, berarti mengistirahatkan cipta dan rasa dalam rengkuhan-Nya.
(23/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)
No comments:
Post a Comment