Hari ke-20 : Tiada Jalan Lain |
Lukisan
ini mengacu pada godaan ke-2 (seturut Injil Lukas), namun ada perbedaan dimana
Yesus tidak dibawa ke bubungan Bait Allah, melainkan ke tempat yg sangat tinggi
dan tidak ada lagi jalan keluar. Satu2nya jembatan yg ada sdh rusak. Iblis
menawarkan satu-satunya kemungkinan yg ada yakni agar Yesus menerjunkan diri.
Begitu
pun dalam kehidupan kita. Ketika kita dalam situasi terjepit, terpojok oleh
keadaan, seolah tidak ada lagi jalan keluar, saat itulah iblis mulai menggoda
kita agar kita menuntut Allah untuk membuktikan kasih-Nya. Dengan mudahnya kita
seringkali tergoda untuk mencobai Allah. Bahkan mengancam Allah, kalau Dia
tidak menolong maka kita tidak akan lagi percaya kepada-Nya.
Marilah
kita renungkan secara mendalam, sudah berapa kali kita mencobai Dia. Sudah
berapa kali kita meragukan dan tidak yakin akan kasih-Nya, sehingga kita
berpaling pada illah lain.
Bertobat,
adalah jalan untuk kembali kepada-Nya. Membangun kembali keyakinan, bahwa dalam
situasi apapun kita akan tetap mengandalkan Dia dan tidak meragukan
kasih-sayangNya.
Apa
yang dialami oleh Yesus di padang gurun, yakni godaan untuk mencobai Allah
sangatlah manusiawi. Ketika seseorang dalam kesendirian, tidak ada yang
diperhatikan dan tidak ada yang memperhatikan. Tidak ada yang peduli dan tidak
ada yang bisa dipedulikan. Tidak ada yang mencintai dan tidak ada pula yang
dicintai. Maka pertanyaan yang wajar keluar adalah, apa arti hidup ini? Hidup
serasa tidak ada artinya sama sekali.
Manusia
membutuhkan perhatian sekaligus obyek untuk diperhatikan. Hal ini berkaitan
dengan eksistensi manusia. Jiwa membutuhkan ruang eksistensi, untuk diakui
keberaadaannya. Dalam kesendirian ini, eksistensi menjadi terganggu, sebab tidak
ada yang memperhatikan dan tidak ada yang diperhatikan. Untuk memenuhi
kebutuhan ini maka seseorang berbuat atau melakukan sesuatu untuk menarik
perhatian orang lain. Mencari-cari perhatian, agar orang lain sadar akan
keberadaannya dan mengakui keberadaannya.
Iblis
menggoda Yesus untuk mencari perhatian Allah Bapa. Jika Yesus mengikuti, maka
iblis bisa berkata bahwa ternyata Yesus tidak yakin akan penyertaan Bapa. Yesus
tidak percaya kepada Bapa, sehingga menuntut perhatian. Inilah yang ditolak
oleh Yesus. Dia demikian yakin bahwa Allah tidak pernah berhenti memperhatikan,
sehingga tidak ada alasan untuk mencobai atau meragukan Bapa. Bagaimana dengan
kita???????
Terkadang
ada suatu keadaan yang membuat kita berpikir bahwa Allah sungguh tidak ada,
Allah sungguh tidak peduli, Allah sungguh tidak memperhatikan. Kapan itu
terjadi? Biasanya ketika kita berada dalam kesulitan dan sangat membutuhkan
pertolongan Allah, tetapi pertolongan Allah itu tidak kunjung datang.
Allah
selalu memperhatikan umat-Nya. Dia selalu memperhatikan permohonan kita.
Persoalannya bukan pada Allah, melainkan pada diri kita sendiri. Seringkali
kita memohon agar Allah memenuhi permintaan dengan cara kita, sesuai dengan apa
yang kita gambarkan. Kita berusaha memohon tetapi juga mendikte Allah agar
berbuat sebagaimana yang kita pikirkan. Maka ketika Allah berbuat dengan
cara-Nya, justru kita mengabaikan dan tidak peduli. Lalu kita menganggap bahwa
Allah tidak memenuhi permohonan kita, padahal Allah sudah berbuat namun kita
tidak melihatnya. Maka biarkan Allah bekerja dengan cara-Nya, dan kita
membutuhkan bantuan Roh Kudus agar peka dalam melihat cara Allah bekerja. Roh
Kudus hanya akan bekerja jika hati kita terbuka terhadap kehadiran-Nya.
Asmaradana-5
Sasat sampun telas margi
Cupet rumpil nalaripun
Batos lajeng menga-mengo
Nutuh dhateng Gustinipun
Gumiwang anggen percaya
Pamartobat ingkang baku
Mbangun pitados kewala
--------
Seakan sudah kehabisan jalan,
sempit dan sulit seluruh nalar. Batin pun kemudian mencari-cari, bahkan mempersalahkan
Tuhan. Runtuhlah kepercayaan. Maka bertobat sungguh penting, untuk membangun
kembali iman.
(24/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)
No comments:
Post a Comment