Monday, November 30, 2015

SILENCIO INCOGNITO Hari ke-26 : Berbicara dengan Angin

Hari ke-26 : Berbicara dengan Angin
Menjelang senja di gurun, suasana senyap dan langit mulai temaram kemerahan. Angin pun seolah berhenti bertiup. Selembar bulu burung jatuh..tepat di hadapan-Nya. Dia ulurkan tangan-Nya untuk menerima bulu kecil itu.
Bulu itu barusan diterbangkan oleh angin, yang lalu pergi meninggalkannya sehingga jatuhlah bulu itu. Kemana angin itu pergi? Mengapa tidak terus membawa bulu burung itu pergi? Sepertinya sang angin memang sengaja hendak menjatuhkan bulu itu ke hadapan-Nya. Sesampai di tangan-Nya maka berceritalah sang bulu….
Bahwa ia pernah menjadi bagian dari kehidupan burung, melindungi, menghangatkan tubuh sang burung. Mestinya ia terus bisa tumbuh dan menjadi lebih besar dan kuat, menjadi indah dan bersama saudaranya yang lain memperindah sang burung. Namun kini, entah mengapa…angin bertiup terlalu kencang sehingga membuat dia tanggal dari badan burung. Setelah tanggal, dia hanya menjadi selembar bulu yang sebentar lagi akan kering dan lapuk. Terlepas dari bagian kehidupan membuatnya merasa tidak berarti.
Mendengar keluhan bulu itu, Dia memanggil angin dan berbicara kepadanya, agar meniup dan menerbangkan kembali bulu kecil itu. Angin diminta-Nya untuk menjatuhkan bulu itu di tanah yang subur. Dan Dia pun berkata kepada bulu kecil itu, “Terbanglah..Aku sudah berbicara dengan angin dan menyuruhnya membawamu pergi ke tanah subur. Sekalipun engkau lapuk nanti, bukannya tidak berarti. Engkau akan menjadi bagian dari tanah yang akan menumbuhkan kehidupan.”

----------
Mijil -5

Nora ana kang tan mupangati
Jer rinengkuh ing Roh
Kang dumadi ana lantarane
Neges mring urip wruh ati wening
Kabeh kang dumadi
Sumarah Hyang Agung

--------------------------

Tidak ada segala sesuatu yang tanpa arti jika dalam naungan Roh Kudus. Apapun yang ada, tentulah ada penyebabnya. Bertanyalah pada kehidupan agar mampu melihat dengan hati yang jernih. Seluruh kehidupan ini serahkan saja pada Allah yang Maha-Agung.

(30/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)


No comments:

Post a Comment