Hari ke-26 : Berbicara dengan Angin |
Menjelang
senja di gurun, suasana senyap dan langit mulai temaram kemerahan. Angin pun
seolah berhenti bertiup. Selembar bulu burung jatuh..tepat di hadapan-Nya. Dia
ulurkan tangan-Nya untuk menerima bulu kecil itu.
Bulu
itu barusan diterbangkan oleh angin, yang lalu pergi meninggalkannya sehingga
jatuhlah bulu itu. Kemana angin itu pergi? Mengapa tidak terus membawa bulu
burung itu pergi? Sepertinya sang angin memang sengaja hendak menjatuhkan bulu
itu ke hadapan-Nya. Sesampai di tangan-Nya maka berceritalah sang bulu….
Bahwa
ia pernah menjadi bagian dari kehidupan burung, melindungi, menghangatkan tubuh
sang burung. Mestinya ia terus bisa tumbuh dan menjadi lebih besar dan kuat,
menjadi indah dan bersama saudaranya yang lain memperindah sang burung. Namun
kini, entah mengapa…angin bertiup terlalu kencang sehingga membuat dia tanggal
dari badan burung. Setelah tanggal, dia hanya menjadi selembar bulu yang
sebentar lagi akan kering dan lapuk. Terlepas dari bagian kehidupan membuatnya
merasa tidak berarti.
Mendengar
keluhan bulu itu, Dia memanggil angin dan berbicara kepadanya, agar meniup dan
menerbangkan kembali bulu kecil itu. Angin diminta-Nya untuk menjatuhkan bulu
itu di tanah yang subur. Dan Dia pun berkata kepada bulu kecil itu,
“Terbanglah..Aku sudah berbicara dengan angin dan menyuruhnya membawamu pergi
ke tanah subur. Sekalipun engkau lapuk nanti, bukannya tidak berarti. Engkau
akan menjadi bagian dari tanah yang akan menumbuhkan kehidupan.”
----------
Mijil
-5
Nora
ana kang tan mupangati
Jer
rinengkuh ing Roh
Kang
dumadi ana lantarane
Neges
mring urip wruh ati wening
Kabeh
kang dumadi
Sumarah
Hyang Agung
--------------------------
Tidak
ada segala sesuatu yang tanpa arti jika dalam naungan Roh Kudus. Apapun yang
ada, tentulah ada penyebabnya. Bertanyalah pada kehidupan agar mampu melihat
dengan hati yang jernih. Seluruh kehidupan ini serahkan saja pada Allah yang
Maha-Agung.
(30/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)
No comments:
Post a Comment