Wednesday, November 18, 2015

SILENCIO INCOGNITO Hari ke-14 : Berbincang dengan Bayang

Hari ke-14 : Berbincang dengan Bayang
Ketika hidup dalam kesendirian, tidak ada seorang pun yang bisa diajak berbicara. Mungkinkah sebongkah batu yang hanya diam membisu yang akan diajak berbicara? Masih lebih baik berbicara dengan bayangan sendiri, sebab bayangan selalu mengikuti bentuk tubuh, mengikuti gerakan tubuh. Setidaknya bayangan lebih mirip manusia daripada sebongkah batu. Setidaknya bayangan akan selalu setia mengikuti kemanapun tubuh itu pergi dan muncul manakala sinar menerangi.
Tanpa sinar, tanpa cahaya, bayangan itu lenyap. Ketika gelap gulita, tidak muncul bayangan sama sekali. Bayangan adalah sahabat ketika sinar itu datang dan kita tidak bersembunyi darinya. Allah adalah terang yang kehadiran-Nya membentuk bayangan dari diri kita. Maka bayangan yang dibentuk dari sinar terang Allah adalah anugerah yang senantiasa mengikuti hidup kita, dan keberadaannya menyatakan bahwa terang itu ada. Tanpa Allah maka hidup menjadi gelap gulita, manusia berjalan seperti orang buta, meraba-raba dalam kekhawatiran dan ketakutan.
Kristus adalah terang bagi manusia. Terang yang sesungguhnya yang menerangi hidup manusia. Namun kadang kita bersembunyi dari-Nya. Kita justru memilih untuk diam dalam kegelapan dan kehilangan bayangan, atau lebih senang berada di bawah bayang-bayang orang lain. Marilah kita keluar dan berdiri di bawah sinar kasih-Nya. Kita akan kembali menemukan bayangan dan berdialog dengannya. Berdialog tentang kehadiran-Nya yang dinyatakan melalui keberadaan bayangan itu. Berdialog tentang diri kita sendiri, tentang hidup kita. Ketika kita berjalan, bayangan itulah yang akan terus mengikuti kita dan menyadarkan kita akan keberadaan-Nya, akan kehadiran-Nya. Dia setia sebagaimana Kristus pun setia terhadap kita.

Pangkur ke-7

Yen bleger tanpa wewayang
Pindha wuta lumampah trus malipir
Ing pundi sunar dumunung
Amrih antuk pepadhang
Jer Sang Kristus minangka pepadhang agung
Manungsa wruh wewayangnya
Tutwuri trus ing salami


(Jika tubuh tanpa bayangan, seperti orang buta terus berjalan di tepian. Mencari dan terus mencari dimana sinar berada, agar mendapatkan terang. Hanya dalam Kristus sebagai terang yang agung manusia mendapatkan bayangannya, yang terus mengikuti dari belakang selamanya)

(18/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)

No comments:

Post a Comment