Friday, November 6, 2015

SILENCIO INCOGNITO Hari ke-1 : Inilah Gurun

Hari ke-1: Inilah Gurun
Ya.. kisah padang gurun sebagaimana diceritakan oleh Matius ataupun Lukas. Sekalipun keduanya berbeda dalam menceritakan urutan godaan yang dialami oleh Tuhan, namun bisa disimpulkan pula bahwa ketika kita berada di sana, kita akan mendengar suara Tuhan dan sekaligus suara sang penggoda.

Jika kita diminta memilih mendengarkan, sudah pasti kita akan memilih suara Tuhan. Mengapa? O..karena suara Tuhan itu lembut, menyenangkan, menenteramkan, menyejukkan, membahagiakan. Sementara suara setan itu menakutkan, mengerikan. Benarkah demikian?

Ketika kita berada dalam keadaan nyaman, damai,  bahagia biasanya kita ingin menikmati kenyamanan itu selama mungkin. Kenyamanan itu jangan sampai terusik, kalau mungkin ya menjadi lebih nyaman lagi tetapi tidak berkurang kenyamanannya. Meninggalkan kenyamanan terlebih untuk kepentingan orang lain, bahkan yang tidak kenal, bahkan yang tidak kita sukai, sungguh menakutkan. Dan suara Tuhan, memanggil kita untuk itu. Sebaliknya, suara penggoda dengan lembut mendorong kita untuk mempertahankan bahkan melawan siapapun yang mengusik kenyamanan kita.

Padang gurun, bukanlah tempat yang nyaman. Bukan tempat yang apapun serba ada sehingga dapat dengan mudah memenuhi semua kebutuhan. Yang ada hanyalah batu, kerikil, pasir, sedikit semak, juga ada bukit tetapi juga ada jurang. Di lain sisi yang ada hanya hamparan pasir seperti tanpa batas. Suara Tuhan mengundang kita untuk masuk ke dalamnya. Masuk ke dalam situasi yang tidak nyaman, supaya kita pun bisa mengenali suara penggoda dan dengan berpegang suara Tuhan kita mampu mengatasi godaan itu.

Suara Tuhan, membawa kita masuk ke dalam situasi yang jelas. Jelas kemana harus melangkah. Sekalipun di sana ada jurang yang menganga, medan cukup sulit bahkan sangat sulit, namun ketika semuanya tampak jelas maka akan lebih aman bagi kita untuk melaluinya.
Sebaliknya suara setan, membawa kita ke dalam situasi samar-samar, tidak pasti, seperti tertutup kabut. Tidak tampak jurang, tidak tampak jalan yang benar. Kapan pun kita bisa terjerumus, tersandung dan jatuh. Kapan pun kita bisa tersesat……

Dandanggula

Mba angidung Kayun Murwa Jati
Kayungyun mring mulih mulanira
Sasat den tilar radite
Candra lap ing pandulu

Ara samun lelimengan yekti
Tan wruh sadaya kiblat
Layap lamat estu
Anamung nedya tumenga
Tumenganing manah kang mligi mring Gusti

Angantu tresna Paduka.


(5/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)

No comments:

Post a Comment