Hari ke-1: Inilah Gurun |
Ya.. kisah
padang gurun sebagaimana diceritakan oleh Matius ataupun Lukas. Sekalipun
keduanya berbeda dalam menceritakan urutan godaan yang dialami oleh Tuhan,
namun bisa disimpulkan pula bahwa ketika kita berada di sana, kita akan
mendengar suara Tuhan dan sekaligus suara sang penggoda.
Jika
kita diminta memilih mendengarkan, sudah pasti kita akan memilih suara Tuhan.
Mengapa? O..karena suara Tuhan itu lembut, menyenangkan, menenteramkan,
menyejukkan, membahagiakan. Sementara suara setan itu menakutkan, mengerikan.
Benarkah demikian?
Ketika
kita berada dalam keadaan nyaman, damai,
bahagia biasanya kita ingin menikmati kenyamanan itu selama mungkin.
Kenyamanan itu jangan sampai terusik, kalau mungkin ya menjadi lebih nyaman
lagi tetapi tidak berkurang kenyamanannya. Meninggalkan kenyamanan terlebih
untuk kepentingan orang lain, bahkan yang tidak kenal, bahkan yang tidak kita
sukai, sungguh menakutkan. Dan suara Tuhan, memanggil kita untuk itu.
Sebaliknya, suara penggoda dengan lembut mendorong kita untuk mempertahankan
bahkan melawan siapapun yang mengusik kenyamanan kita.
Padang gurun, bukanlah tempat yang nyaman. Bukan tempat yang apapun
serba ada sehingga dapat dengan mudah memenuhi semua kebutuhan. Yang ada
hanyalah batu, kerikil, pasir, sedikit semak, juga ada bukit tetapi juga ada
jurang. Di lain sisi yang ada hanya hamparan pasir seperti tanpa batas. Suara
Tuhan mengundang kita untuk masuk ke dalamnya. Masuk ke dalam situasi yang
tidak nyaman, supaya kita pun bisa mengenali suara penggoda dan dengan
berpegang suara Tuhan kita mampu mengatasi godaan itu.
Suara Tuhan, membawa kita masuk ke dalam situasi yang jelas. Jelas
kemana harus melangkah. Sekalipun di sana ada jurang yang menganga, medan cukup
sulit bahkan sangat sulit, namun ketika semuanya tampak jelas maka akan lebih
aman bagi kita untuk melaluinya.
Sebaliknya suara setan, membawa kita ke dalam situasi samar-samar,
tidak pasti, seperti tertutup kabut. Tidak tampak jurang, tidak tampak jalan
yang benar. Kapan pun kita bisa terjerumus, tersandung dan jatuh. Kapan pun
kita bisa tersesat……
Dandanggula
Mba angidung Kayun Murwa Jati
Kayungyun mring mulih mulanira
Sasat den tilar radite
Candra lap ing pandulu
Ara samun lelimengan yekti
Tan wruh sadaya kiblat
Layap lamat estu
Anamung nedya tumenga
Tumenganing manah kang mligi mring Gusti
Angantu tresna Paduka.
(5/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)
No comments:
Post a Comment