Hari ke-18 : Inilah Kasih |
Dia
berdiri dengan tangan terentang dan tubuh tegak, seperti burung hendak terbang.
Posisi itu mengingatkan kita akan posisi Dia saat disalibkan. Namun Dia tidak
sedang disalibkan dan bukan pula hendak terbang. Dia mengenakan pakaian
lengkap, dan berdiri di atas gurun, bukan di gunung Golgota. Benar, Dia tidak
sedang disalibkan melainkan sedang menjelaskan apa makna salib.
10
Perintah Allah, mengatur hubungan manusia dengan Allah (1-3) dan hubungan
manusia dengan manusia lain (4-10). Kedua hubungan inilah yang menjadi dasar
dari hukum kasih. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap akal budimu, kasihilah
sesamamu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri.
Relasi
kasih, adalah sikap dalam kesadaran penuh. Bukan sekedar kewajiban, bukan
tuntutan hukum dan norma kepantasan. Kasih adalah perwujudan dari hidup sebab
hidup itu sendiri sudah merupakan kasih yang dikaruniakan Allah bagi manusia.
Dalam kesadaran bahwa manusia hidup berhubungan dengan Dia yang memberi hidup,
di sinilah kasih itu tertanam. Dalam kesadaran bahwa manusia menjadi manusia
karena adanya manusia lain, di sinilah kasih itu tumbuh dan berbuah. Maka
ajaran Dia mengenai Kasih merupakan bangunan kesadaran yang lengkap bagi manusia.
Bangunan inilah yang Dia gambarkan dengan cara merentangkan kedua tangan-Nya
menghubungan manusia yang satu dengan manusia yang lain, sementara tubuh-Nya
menjulur ke atas menghubungkan manusia dengan Allah. Inilah SALIB, bangunan
kesadaran yang Dia ajarkan dan tanamkan kepada kita.
Jika
tiba saat-Nya, bangunan kesadaran itulah yang hendak Dia tegakkan. Bangunan
kesadaran yang runtuh dan hancur karena sikap manusia. Bangunan kesadaran yang
luluh berantakan karena pengaruh iblis, hendak Dia bangun kembali di atas bukit
Golgota. Salib kayu yang Ia pikul adalah wujud nyata dari bangunan kesadaran
itu, dan diganti dengan tubuh-Nya sendiri serta dimateraikan dengan darah-Nya,
sehingga menjadi bangunan keselamatan bagi semua manusia.
Tiada
kasih yang lebih besar dari kasih seorang yang merelakan nyawanya bagi
sahabatnya, Inilah Kasih, inilah Salib. Bersediakan kita memikulnya dengan cara
senantiasa membangun kesadaran itu di dalam hidup keseharian kita?
Asmaradana
-3
Katresnan
Dalem Dhuh Gusti
Miyak
wates papan mangsa
Tansah
tuwuh jati kayon
Mrih
kawula gya lestantun
Ndherek
gesang salaminya
Suprandene
tansah muwun
Sambat
cupet kirang nrima.
(Kasih
sayang-Mu ya Allah, melintasi batas ruang dan waktu. Selalu menumbuhkan hidup
yang sejati, agar kami bahagia selalu, mengikuti Engkau hidup selamanya. Meski
demikian kami selalu bersedih, mengeluh kurang dan tidak mampu bersyukur.)
(22/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)
No comments:
Post a Comment