Sunday, November 22, 2015

SILENCIO INCOGNITO Hari ke-18 : Inilah Kasih

Hari ke-18 : Inilah Kasih
Dia berdiri dengan tangan terentang dan tubuh tegak, seperti burung hendak terbang. Posisi itu mengingatkan kita akan posisi Dia saat disalibkan. Namun Dia tidak sedang disalibkan dan bukan pula hendak terbang. Dia mengenakan pakaian lengkap, dan berdiri di atas gurun, bukan di gunung Golgota. Benar, Dia tidak sedang disalibkan melainkan sedang menjelaskan apa makna salib.
10 Perintah Allah, mengatur hubungan manusia dengan Allah (1-3) dan hubungan manusia dengan manusia lain (4-10). Kedua hubungan inilah yang menjadi dasar dari hukum kasih. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap akal budimu, kasihilah sesamamu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri.
Relasi kasih, adalah sikap dalam kesadaran penuh. Bukan sekedar kewajiban, bukan tuntutan hukum dan norma kepantasan. Kasih adalah perwujudan dari hidup sebab hidup itu sendiri sudah merupakan kasih yang dikaruniakan Allah bagi manusia. Dalam kesadaran bahwa manusia hidup berhubungan dengan Dia yang memberi hidup, di sinilah kasih itu tertanam. Dalam kesadaran bahwa manusia menjadi manusia karena adanya manusia lain, di sinilah kasih itu tumbuh dan berbuah. Maka ajaran Dia mengenai Kasih merupakan bangunan kesadaran yang lengkap bagi manusia. Bangunan inilah yang Dia gambarkan dengan cara merentangkan kedua tangan-Nya menghubungan manusia yang satu dengan manusia yang lain, sementara tubuh-Nya menjulur ke atas menghubungkan manusia dengan Allah. Inilah SALIB, bangunan kesadaran yang Dia ajarkan dan tanamkan kepada kita.
Jika tiba saat-Nya, bangunan kesadaran itulah yang hendak Dia tegakkan. Bangunan kesadaran yang runtuh dan hancur karena sikap manusia. Bangunan kesadaran yang luluh berantakan karena pengaruh iblis, hendak Dia bangun kembali di atas bukit Golgota. Salib kayu yang Ia pikul adalah wujud nyata dari bangunan kesadaran itu, dan diganti dengan tubuh-Nya sendiri serta dimateraikan dengan darah-Nya, sehingga menjadi bangunan keselamatan bagi semua manusia.
Tiada kasih yang lebih besar dari kasih seorang yang merelakan nyawanya bagi sahabatnya, Inilah Kasih, inilah Salib. Bersediakan kita memikulnya dengan cara senantiasa membangun kesadaran itu di dalam hidup keseharian kita?


Asmaradana -3

Katresnan Dalem Dhuh Gusti
Miyak wates papan mangsa
Tansah tuwuh jati kayon
Mrih kawula gya lestantun
Ndherek gesang salaminya
Suprandene tansah muwun
Sambat cupet kirang nrima.


(Kasih sayang-Mu ya Allah, melintasi batas ruang dan waktu. Selalu menumbuhkan hidup yang sejati, agar kami bahagia selalu, mengikuti Engkau hidup selamanya. Meski demikian kami selalu bersedih, mengeluh kurang dan tidak mampu bersyukur.)

(22/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)

No comments:

Post a Comment