Hari ke-39 : Maka Tersenyumlah |
Yesus
sudah dalam perjalanan untuk keluar dari padang gurun dan masuk ke keramaian
untuk mewartakan Injil.
Tidak
seperti ketika masuk ke dalam kesunyian padang gurun, Dia tidak membawa bekal
yang cukup, bahkan bisa dikatakan tidak membawanya sama sekali. Namun ketika
masuk ke dalam keramaian bekal pada-Nya sangat melimpah. Bukan bekal makanan,
minuman, atau uang, melainkan pemahaman yang menyeluruh mengenai manusia. Dia
masuk ke dalam keramaian manusia sebagai manusia yang sepenuhnya manusia,
sekaligus sepenuhnya Allah.
Inilah
yang membuat Dia penuh percaya diri namun juga penuh pengertian. Seandainya Dia
hanya mengandalkan kepenuhan-Nya sebagai Putera Allah, maka Dia hanya penuh
percaya diri dan kemungkinan mengandalkan kuasa-Nya untuk melihat dan
menyelesaikan segala persoalan. Tetapi Dia juga sepenuhnya manusia, maka Dia
bisa melihat dengan penuh pengertian pula. Inilah yang membuat Dia menjadi Guru
yang bijaksana.
Jika
kita hanya mengandalkan kuasa baik yang bersumber dari harta, kepandaian,
ataupun pangkat dan derajat, maka kita akan menghadapi persoalan dengan penuh
rasa percaya diri. Namun jika tanpa pemahaman dan pengertian pada kemanusiaan,
akan muncul sikap sewenang-wenang, keinginan untuk memaksakan kehendak dan
tidak mau mengerti orang lain. Muncul pula kecenderungan untuk memanfaatkan dan
menguasai orang lain.
Mengikuti
Yesus di padang gurun, membuat kita memahami kemanusian, memahami diri kita
sendiri. Inilah bekal bagi kita untuk juga bisa mengerti dan memahami persoalan
orang lain dengan benar. Berbekal dengan pengertian dan pemahaman ini kita akan
bisa bersikap lebih bijaksana. Terlebih terhadap persoalan diri yang melibatkan
orang lain.
Mungkin
saja kita tidak mempunyai harta dan pengetahuan, kita tidak mempunyai derajat/
pangkat dan status yang tinggi di mata masyarakat. Namun kedekatan kita dengan
Allah dan kesadaran untuk menyandarkan diri pada Allah, apa lagi yang masih
kurang? Ketika kita mampu bersikap Allah saja cukup, apa lagi yang kita
butuhkan?
Bersikap
Allah saja cukup, bukan berarti kita tidak peduli sama sekali terhadap atribut
dan bahasa duniawi. Apa yang ada pada kita, apapun itu, kita pandang sebagai
anugerah Allah dan digunakan untuk mengungkapkan kasih Allah baik kepada
keluarga, saudara, Gereja maupun orang lain. Sebagai anugerah Allah maka
keterikatan kita bukan kepada obyek harta dan kuasa, melainkan kepada Allah.
Inilah inti dari sikap Allah saja cukup. Allah menjadi satu-satunya andalan dan
kita terikat kuat kepada-Nya.
Dengan
bekal apa yang kita peroleh dari perjalanan mengikuti Yesus di padang gurun,
apa lagi yang pantas untuk kita takutkan dan khawatirkan? Maka tersenyumlah.
Kita hadapi seluruh persoalan dengan sikap yang benar. Kasih Allah akan
melingkupi dan mewarnai hidup kita. Daya Roh Kudus akan selalu menyertai setiap
langkah kita. Dengan berpijak pada kesadaran sebagai manusia yang berkaitan
dengan manusia lain dan kesadaran akan hidup yang berkaitan dengan Allah Sang
Sumber Hidup, kita akan menatap segala persoalan dengan sikap yang lebih tenang
dan bijaksana.
Apa
yang harus selalu kita ingat sekarang adalah menjaga kesadaran itu setiap saat.
Godaan apapun yang akan kita hadapi kemudian, adalah upaya kuasa kegelapan
untuk mengikis kesadaran tersebut. Upaya kegelapan akan menggiring kita untuk
melupakan orang lain dan mementingkan kepentingan diri, bahkan membujuk kita
untuk melupakan Allah dan menjauh dari-Nya. Dari mana pintu masuk kuasa
kegelapan tersebut? Dari sikap yang tidak bisa mensyukuri apapun. Maka dengan
terus bisa menysukuri apapun yang kita terima akan membuat pintu itu senantiasa
tertutup terhadap kuasa kegelapan. Maka…tersenyumlah.
-------------------------
Gambuh
– 4
Mapag sakeng bebendu
Datan ajrih, tan pingin lumayu,
Gesang pasrah mligi ing ngarsane Gusti,
Eling lan waspada tuhu,
Sumringah ndhepani lakon.
--------------------------
Menghadapi segala persoalan kehidupan,
tidak takut tidak ingin melarikan diri. Hidup dipasrahkan pada kuasa Allah
semata. Selalu ‘eling lan waspada’, membuat kita tersenyum gembira menghadapi
kenyataan.)
(13/12/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)
No comments:
Post a Comment