Tuesday, December 1, 2015

SILENCIO INCOGNITO Hari ke-27 : Sang Penguasa Waktu

Hari ke-27 : Sang Penguasa Waktu
Hari ke hari dalam kesunyian dan kesendirian, waktu seolah berhenti. Kemarin dan saat ini seperti tiada beda. Tiada perubahan yg berarti. Bukit2 pasir, masih sama seperti kemarin, batu2 padas juga sama, tidak ada yg berubah. Matahari terbit, matahari terbenam, juga sama seperti kemarin. Hari apakah sekarang, tanggal berapakah sekarang? Tak lagi perlu dipertanyakan. Yang bisa dihitung adalah berapa kali matahari terbit.
Ketika dari hari ke hari semua tampak sama, adakah usia tidak bertambah? Tidak. Tetap saja terjadi perubahan, usia semakin tua, raga semakin renta.
Kemarin, hari ini, esok...terus berjalan. Saat ini...terus bergerak, terus melaju. Terkadang kita terkejut dengan kecepatan perubahan. Kadang kita jengkel dengan kelembaman yg tak kunjung berubah. Apa yg terjadi kemarin, terkadang berhari-hari terus kita sesali. Apa yg belum terjadi kadang kita tunggu dan terus ditunggu meski belum tentu akan terjadi.
Waktu dan peristiwa yg melekat padanya, seringkali membuat kita kelabakan. Memahami hidup berarti memahami setiap peristiwa yang melekat pada Sang waktu. Peristiwa apapun yang telah terjadi merupakan pertanda untuk apa yang terjadi saat ini. Dan apa yang terjadi saat ini merupakan pertanda untuk yang akan terjadi nanti. Bukankah tiada hari ini jika kemarin tidak pernah ada? Bukankah tidak aka nada esok hari jika hari ini tidak pernah ada? Tidak ada yang tidak berarti dalam hidup ini, minimal berarti sebagai tanda. Tidak ada yang perlu untuk ditolak, segala sesuatu mestinya bisa diterima sebab segala sesuatu itu berarti adanya.
Yesus adalah alfa dan omega, awal dan akhir. Maka Dia adalah Sang Penguasa Waktu. Dia bukan dikuasai oleh waktu tetapi Dia lah yang menguasai waktu. Dia bukan bukan melekat pada peristiwa, namun peristiwa lah yang melekat pada-Nya. Sebagai Penguasa Waktu, Dia abadi adanya. Maka kepada-Nyalah mestinya kita bersandar. Waktu adalah milik-Nya, tiada sejengkal pun waktu milik-Nya yang tiada berarti. Jika kita diberinya waktu, sejauh mana kita mampu menjadikan waktu yang kita miliki itu berarti? Kita bisa mengisi keberartian dari waktu yang kita miliki dengan menerima setiap peristiwa dalam kasih.

----------
Mijil -6

Rina wengi trus gilir gumanti
Muspra uga kopong
Apa urip sadrema mangkene
Kang wigati, prelu den tegesi
Amrih saged nampi
samubarangipun
--------------------------

(Siang malam terus berganti. Terasa sia-sia dan kosong belaka. Apakah hidup hanya akan seperti ini? Hal yang penting, perlu untuk dimaknai, agar kita bisa menerima segala sesuatu apa adanya.)

(1/12/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)

No comments:

Post a Comment