Hari ke-37: Selamat Tinggal Kesunyian |
Hampir
40 hari lamanya Dia berteman kesunyian. Kini tiba saatnya untuk
meninggalkan kesunyian tersebut, dan masuk ke dalam keramaian.
Kesunyian,
selama ini sangat menakutkan kita. Kita senantiasa berusaha untuk
menghindar atau membunuh kesunyian. Entah dengan menghidupkan
televisi, radio, atau bergabung dengan keramaian. Kesunyian membuat
hidup terasa hampa, tanpa teman. Padahal jika kita mau mengakrabinya,
kesunyian itu akan menjadi teman yang menyenangkan.
Dalam
kesunyian, kadang kita tidak tahu harus berbuat apa, tidak tahu harus
bagaimana. Padahal kesunyian membebaskan kita sebebas-bebasnya untuk
berbuat apa dan harus bagaimana, tanpa ada yang menghalangi mencela
atau berkomentar. Maka yang salah bukanlah kesunyian itu, yang
menyebabkan kita kebingungan bukanlah kesunyian itu.
Memang
tidaklah baik selalu mengurung diri dalam kesunyian, tenggelam dalam
waktu yang lama dalam kesunyian. Kita memang harus berinteraksi
dengan manusia lain, kita harus masuk ke dalam keramaian, sebab di
sanalah kita menyatakan diri sebagai manusia. Dorongan untuk kembali
terlibat dengan manusia lain membuat kita harus rela meninggalkan
kesunyian. Dan jika kita telah akrab dengan kesunyian itu sebelumnya,
maka kita akan merasakan kerinduan untuk bertemu kembali dengannya.
Tuhan
Yesus sudah demikian akrab dengan kesunyian, maka sesekali Dia pun
merasakan kerinduan itu, dan menyingkir ke tempat sunyi. Namun
masuknya Dia ke dalam kesunyian kembali bukan untuk membebaskan
pikiran, melainkan untuk berjumpa dengan Bapa-Nya. Bahkan suatu
ketika nanti, Dia akan masuk ke dalam kesunyian yang mencekam selama
3 hari sebelum akhirnya bangkit dari kubur-Nya.
Kesunyian,
bagi Yesus bukan hal yang tabu dan harus disingkiri dan dihindari.
Kesunyian justru memberi ruang yang terbuka untuk berjumpa secara
pribadi dengan Bapa. Maka demikianlah kita semestinya, berani untuk
meninggalkan kesunyian sekaligus mau menanggapi kerinduan untuk
kembali masuk dan berjumpa secara pribadi dengan Bapa.
-------------------------
Gambuh
- 1
Mati ing ngaurip iku,
Malbeng sunya ngrengkuh jagad suwung,
Batin luruh ing pangarsanipun Gusti,
Datan owel nglepas angkuh,
Mrih jangkep jejeging kayon.
--------------------------
(mati dalam hidup itu, masuk ke dalam
kesunyian dan memeluknya. Merendahkan batin di hadapan Allah. Tidak
sayang untuk melepaskan keangkuhan, agar sempurnalah berdirinya
kehidupan.)
(11/12/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)
No comments:
Post a Comment