Friday, December 11, 2015

SILENCIO INCOGNITO Hari ke-37: Selamat Tinggal Kesunyian

Hari ke-37: Selamat Tinggal Kesunyian
Hampir 40 hari lamanya Dia berteman kesunyian. Kini tiba saatnya untuk meninggalkan kesunyian tersebut, dan masuk ke dalam keramaian.
Kesunyian, selama ini sangat menakutkan kita. Kita senantiasa berusaha untuk menghindar atau membunuh kesunyian. Entah dengan menghidupkan televisi, radio, atau bergabung dengan keramaian. Kesunyian membuat hidup terasa hampa, tanpa teman. Padahal jika kita mau mengakrabinya, kesunyian itu akan menjadi teman yang menyenangkan.
Dalam kesunyian, kadang kita tidak tahu harus berbuat apa, tidak tahu harus bagaimana. Padahal kesunyian membebaskan kita sebebas-bebasnya untuk berbuat apa dan harus bagaimana, tanpa ada yang menghalangi mencela atau berkomentar. Maka yang salah bukanlah kesunyian itu, yang menyebabkan kita kebingungan bukanlah kesunyian itu.
Memang tidaklah baik selalu mengurung diri dalam kesunyian, tenggelam dalam waktu yang lama dalam kesunyian. Kita memang harus berinteraksi dengan manusia lain, kita harus masuk ke dalam keramaian, sebab di sanalah kita menyatakan diri sebagai manusia. Dorongan untuk kembali terlibat dengan manusia lain membuat kita harus rela meninggalkan kesunyian. Dan jika kita telah akrab dengan kesunyian itu sebelumnya, maka kita akan merasakan kerinduan untuk bertemu kembali dengannya.
Tuhan Yesus sudah demikian akrab dengan kesunyian, maka sesekali Dia pun merasakan kerinduan itu, dan menyingkir ke tempat sunyi. Namun masuknya Dia ke dalam kesunyian kembali bukan untuk membebaskan pikiran, melainkan untuk berjumpa dengan Bapa-Nya. Bahkan suatu ketika nanti, Dia akan masuk ke dalam kesunyian yang mencekam selama 3 hari sebelum akhirnya bangkit dari kubur-Nya.
Kesunyian, bagi Yesus bukan hal yang tabu dan harus disingkiri dan dihindari. Kesunyian justru memberi ruang yang terbuka untuk berjumpa secara pribadi dengan Bapa. Maka demikianlah kita semestinya, berani untuk meninggalkan kesunyian sekaligus mau menanggapi kerinduan untuk kembali masuk dan berjumpa secara pribadi dengan Bapa.

-------------------------
Gambuh - 1

Mati ing ngaurip iku,
Malbeng sunya ngrengkuh jagad suwung,
Batin luruh ing pangarsanipun Gusti,
Datan owel nglepas angkuh,
Mrih jangkep jejeging kayon.

--------------------------

(mati dalam hidup itu, masuk ke dalam kesunyian dan memeluknya. Merendahkan batin di hadapan Allah. Tidak sayang untuk melepaskan keangkuhan, agar sempurnalah berdirinya kehidupan.)

(11/12/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)

No comments:

Post a Comment