Monday, December 7, 2015

SILENCIO INCOGNITO Hari ke-33 : Mengalami Dia

 
 Hari ke-33 : Mengalami Dia
Banyak orang Samaria penduduk kota itu percaya kepada Yesus, karena wanita itu berkata, "Ia mengatakan kepada saya segala sesuatu yang pernah saya lakukan."  Maka ketika orang-orang Samaria itu bertemu dengan Yesus, mereka minta dengan sangat supaya Ia tinggal dengan mereka. Jadi Yesus tinggal di situ dua hari lamanya. Kemudian lebih banyak lagi orang percaya kepada Yesus karena apa yang diajarkan-Nya sendiri kepada mereka.  Mereka berkata kepada wanita itu, "Kami percaya sekarang, bukan lagi karena apa yang engkau katakan kepada kami, tetapi karena kami sendiri sudah mendengar Dia, dan tahu bahwa Ia memang Penyelamat dunia." (Yoh. 4: 40-41)

Selama 33 hari kita bersama melihat lukisan wajah Yesus, mendengar pembicaraan mengenai Yesus. Kita percaya karena orang lain berkata kepada kita, dan sekalipun melihat kita hanya melihat lukisan yang belum tentu sama dengan kenyataannya. Seandainya kita mengalami apa yang dialami oleh orang-orang Samaria, tentu kita pun akan berbicara seperti mereka, bahwa kita percaya bukan lagi karena kata orang, melainkan karena kita melihat-Nya sendiri dan mengalami sendiri, mendengar langsung apa yang Dia katakan.
Sungguhkah kita tidak pernah mengalami Dia? Marilah kita renungkan bersama perjalanan selama 33 hari ini. Perjalanan mengikuti Yesus ke padang gurun. Mungkin kita beranggapan bahwa ini hanya merupakan sebuah acara. Ini hanya upaya untuk menggalang dana, dan masing-masing dari kita diberi kewajiban untuk bertugas jaga secara bergiliran. Artinya kita sadar bahwa ini semua bukan perjalanan yang sesungguhnya. Bukan mengikuti Yesus yang sesungguhnya, bukan mengalami Yesus yang sesungguhnya.
Setiap malam kita berkumpul dan beribadat di sini, adakah ini sebuah keterpaksaan? Rasanya tidak. Sebab jika memang terpaksa, tidak ada yang memaksa, rasanya lebih nyaman berada di rumah daripada berada di sini pada malam hari yang dingin dan kadang hujan. Kehadiran kita untuk beribadat merupakan kerelaan kita untuk berdoa bersama.
Bayangkanlah jika acara ini tidak pernah ada. Apakah kita mengalami dan mengetahui seperti yang kita alami dan ketahui sekarang? Marilah juga kita pandang saudara kita yang lain yang berkumpul di tempat ini, adakah kita akan duduk bersama dan merasa dekat jika acara ini tidak pernah ada? Jika kita mau merasakan, maka apa yang kita rasakan sekarang merupakan buah dari kerelaan kita untuk hadir dan berada di tempat ini. Apa yang kita rasakan saat ini adalah buah dari pengalaman mengikuti Dia.
Marilah sisa hari-hari ke depan benar-benar kita hayati sebagai pengalamaan perjumpaan dengan-Nya. Kita jadikan pengalaman tersebut sebagai kesempatan untuk mengalami Dia. Jika benar itu bisa kita rasakan, maka kita pun akan mampu berkata sebagaimana orang-orang Samaria.

----------
Sinom -5

Punapi ta kasunyatan?
Kalamun tan wonten asih
Minangka dados pepadhang
Sagung ingkang kadadosan
Pratelaning sihing Gusti
Kersaa  mlebet ing kalbu
Gusti tansah sinewaka
Sumadya paring berkah-Nya
Yekti sedaya dados sunyata agung.
--------------------------


(apakah kenyataan itu, Jika tidak ada kasih sebagai penerangan hidup? Segala yang terjadi merupakan perwujudan dari kasih Allah. Hendaklah masuk ke dalam kalbu, karena Allah senantiasa tinggal di sana. Dia sedia memberikan berkat-Nya, agar semua menjadi kenyataan yang indah.)

(7/12/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)

No comments:

Post a Comment