Banyak
orang Samaria penduduk kota itu percaya kepada Yesus, karena wanita itu
berkata, "Ia mengatakan kepada saya segala sesuatu yang pernah saya
lakukan." Maka ketika orang-orang Samaria
itu bertemu dengan Yesus, mereka minta dengan sangat supaya Ia tinggal dengan
mereka. Jadi Yesus tinggal di situ dua hari lamanya. Kemudian lebih banyak lagi
orang percaya kepada Yesus karena apa yang diajarkan-Nya sendiri kepada mereka. Mereka berkata kepada wanita itu, "Kami
percaya sekarang, bukan lagi karena apa yang engkau katakan kepada kami, tetapi
karena kami sendiri sudah mendengar Dia, dan tahu bahwa Ia memang Penyelamat
dunia." (Yoh. 4: 40-41)
Selama
33 hari kita bersama melihat lukisan wajah Yesus, mendengar pembicaraan
mengenai Yesus. Kita percaya karena orang lain berkata kepada kita, dan
sekalipun melihat kita hanya melihat lukisan yang belum tentu sama dengan
kenyataannya. Seandainya kita mengalami apa yang dialami oleh orang-orang
Samaria, tentu kita pun akan berbicara seperti mereka, bahwa kita percaya bukan
lagi karena kata orang, melainkan karena kita melihat-Nya sendiri dan mengalami
sendiri, mendengar langsung apa yang Dia katakan.
Sungguhkah
kita tidak pernah mengalami Dia? Marilah kita renungkan bersama perjalanan
selama 33 hari ini. Perjalanan mengikuti Yesus ke padang gurun. Mungkin kita
beranggapan bahwa ini hanya merupakan sebuah acara. Ini hanya upaya untuk
menggalang dana, dan masing-masing dari kita diberi kewajiban untuk bertugas
jaga secara bergiliran. Artinya kita sadar bahwa ini semua bukan perjalanan
yang sesungguhnya. Bukan mengikuti Yesus yang sesungguhnya, bukan mengalami
Yesus yang sesungguhnya.
Setiap
malam kita berkumpul dan beribadat di sini, adakah ini sebuah keterpaksaan?
Rasanya tidak. Sebab jika memang terpaksa, tidak ada yang memaksa, rasanya
lebih nyaman berada di rumah daripada berada di sini pada malam hari yang
dingin dan kadang hujan. Kehadiran kita untuk beribadat merupakan kerelaan kita
untuk berdoa bersama.
Bayangkanlah
jika acara ini tidak pernah ada. Apakah kita mengalami dan mengetahui seperti
yang kita alami dan ketahui sekarang? Marilah juga kita pandang saudara kita
yang lain yang berkumpul di tempat ini, adakah kita akan duduk bersama dan
merasa dekat jika acara ini tidak pernah ada? Jika kita mau merasakan, maka apa
yang kita rasakan sekarang merupakan buah dari kerelaan kita untuk hadir dan
berada di tempat ini. Apa yang kita rasakan saat ini adalah buah dari
pengalaman mengikuti Dia.
Marilah
sisa hari-hari ke depan benar-benar kita hayati sebagai pengalamaan perjumpaan
dengan-Nya. Kita jadikan pengalaman tersebut sebagai kesempatan untuk mengalami
Dia. Jika benar itu bisa kita rasakan, maka kita pun akan mampu berkata
sebagaimana orang-orang Samaria.
----------
Sinom
-5
Punapi ta kasunyatan?
Kalamun tan wonten
asih
Minangka dados
pepadhang
Sagung ingkang
kadadosan
Pratelaning sihing
Gusti
Kersaa mlebet ing kalbu
Gusti tansah sinewaka
Sumadya paring
berkah-Nya
Yekti sedaya dados
sunyata agung.
--------------------------
(apakah kenyataan
itu, Jika tidak ada kasih sebagai penerangan hidup? Segala yang terjadi
merupakan perwujudan dari kasih Allah. Hendaklah masuk ke dalam kalbu, karena Allah
senantiasa tinggal di sana. Dia sedia memberikan berkat-Nya, agar semua menjadi
kenyataan yang indah.)
(7/12/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)
No comments:
Post a Comment