Hari ke-34 : Kehendak-Nya |
Sementara
itu pengikut-pengikut-Nya mengajak Yesus makan. "Bapak Guru," kata
mereka, "silakan makan." Tetapi Yesus menjawab, "Ada makanan
pada-Ku, yang tidak kalian tahu."
Maka
pengikut-pengikut-Nya mulai saling bertanya, "Apakah ada orang membawa
makanan untuk Dia?" Lalu Yesus
berkata, "Makanan-Ku adalah mengikuti kehendak Dia yang mengutus Aku, dan
menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan-Nya kepada-Ku. Kalian berkata, 'Empat bulan
lagi musim panen.' Tetapi Aku berkata kepadamu: Pandanglah ladang-ladang yang
sudah menguning, siap untuk dituai! Orang yang menuai sudah mulai menerima
upahnya dan mengumpulkan hasil untuk hidup yang sejati dan kekal. Maka orang
yang menabur dan orang yang menuai boleh bersenang bersama-sama.
Peribahasa
ini benar juga, 'Yang satu menanam, yang lain menuai.' Aku menyuruh kalian
pergi menuai di ladang yang tidak kalian usahakan; orang lain sudah bekerja di
sana, dan kalian menerima keuntungan dari pekerjaan mereka."
(Yoh. 4: 31-38)
----------
Sebulan
lebih Dia tidak makan, adakah Dia tidak merasa lapar? Sebulan lebih Dia tidak
minum, adakah Dia tidak merasa haus? Jika melihat kembali dialog Yesus dengan
perempuan Samaria dimana Dia menyatakan diri-Nya sebagai Air Hidup, maka tentu
saja sebagai air Dia tidak lagi membutuhkan air. Sekarang pun Dia menyatakan
Diri-Nya sebagai makanan yang mana para murid tidak tahu, dan tentu saja
sebagai makanan Dia tidak membutuhkan makan. Namun mengkaitkan air kehidupan dengan
air dari sumur, serta makanan yang Dia maksudkan dengan makanan seperti roti
tidaklah tepat. Meski demikian toh Yesus mengkaitkannya juga dan itu mungkin
membuat kebingungan para murid.
Bagi
Yesus, makanan-Nya adalah mengikuti kehendak Bapa, dan menyelesaikan pekerjaan
yang diberikan oleh Bapa. Marilah kita melihat, adakah pembangunan kapel dan
taman doa ini adalah kehendak Bapa? Adakah pekerjaan ini juga merupakan
pekerjaan yang diberikan oleh Bapa kepada kita? Jika kita melihatnya demikian
maka kita pun bisa belajar dari pada-Nya dengan menjadikan kehendak Bapa serta
pekerjaan yang Dia berikan sebagai makanan kita.
Jika
memang kita meyakini pembangunan kapel adalah kehendak Bapa dan bukan kehendak
kita sendiri. Pekerjaan ini adalah kehendak Bapa dan bukan sekedar kesibukan
untuk mengisi waktu luang, maka kita tentu merasa lapar dan ingin segera
menyelesaikan semua ini. Dan mari kita melihat pula, adakah ‘makanan’ ini tidak
terasa enak? Apa yang membuat ‘makanan’ ini tidak terasa enak? Sebagaimana ketika
kita sedang sakit, maka makanan apapun yang masuk ke mulut akan terasa pahit,
dan membuat kita enggan untuk makan. Mungkin…, saat ini pun kita sedang sakit
atau tidak enak badan sehingga ‘makanan’ ini tidak terasa nikmat dan kita
enggan untuk melahapnya. Maka persoalannya adalah bagaimana kita menyembuhkan
diri kita dari sakit tersebut? Bagaimana kita mengupayakan supaya iman kita
kembali menjadi sehat, persaudaraan kita menjadi sehat. Hanya dengan berusaha
menjadi sehat maka kita akan menghadapi ‘makanan’ ini dan melahapnya dengan
rasa nikmat.
Demikian
pula dengan taman doa ini. Taman Doa ini akan selesai jika kita melihat-Nya
sebagai kehendak Bapa dan bukan sekedar ide seseorang. Menjadi nikmat rasanya
kalau iman kita sehat dan menghidupi taman doa ini dengan benar. Jika kita
selalu mementingkan untuk bisa makan makanan jasmani, mengapa kita tidak juga
mementingkan ‘makanan’ yang satu ini? Bukankah ‘makanan’ ini yang bisa membuat
kita mengalami hidup kekal, sementara makanan jasmani hanya akan membuat kita
lapar lagi dan lapar lagi?
-------------------------
Sinom
-6
Estu raga betah tedha
Suksma jiwa betah ugi
Tetedhan kang mboten muspra
Ndamel gesang ing salami
Nenggih Kersa Dalem Gusti
Minangka tedhan kang estu
Kang bakal nuwuhken iman
Suksma kiat salaminya
Ndherek Gusti ing kamulyan ingkang agung.
--------------------------
(Benarlah bahwa raga membutuhkan
makanan, namun jiwa dan roh memerlukan juga. Makanan yang tidak akan sia-sia
karena membuat hidup selamanya. Hanya kehendak Allah yang merupakan makanan
yang sesungguhnya, yang akan menumbuhkan iman hingga roh kuat selamanya.
Mengikuti Tuhan dalam kemuliaan yang terbesar.)
(8/12/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)
No comments:
Post a Comment