Monday, November 30, 2015

SILENCIO INCOGNITO Hari ke-26 : Berbicara dengan Angin

Hari ke-26 : Berbicara dengan Angin
Menjelang senja di gurun, suasana senyap dan langit mulai temaram kemerahan. Angin pun seolah berhenti bertiup. Selembar bulu burung jatuh..tepat di hadapan-Nya. Dia ulurkan tangan-Nya untuk menerima bulu kecil itu.
Bulu itu barusan diterbangkan oleh angin, yang lalu pergi meninggalkannya sehingga jatuhlah bulu itu. Kemana angin itu pergi? Mengapa tidak terus membawa bulu burung itu pergi? Sepertinya sang angin memang sengaja hendak menjatuhkan bulu itu ke hadapan-Nya. Sesampai di tangan-Nya maka berceritalah sang bulu….
Bahwa ia pernah menjadi bagian dari kehidupan burung, melindungi, menghangatkan tubuh sang burung. Mestinya ia terus bisa tumbuh dan menjadi lebih besar dan kuat, menjadi indah dan bersama saudaranya yang lain memperindah sang burung. Namun kini, entah mengapa…angin bertiup terlalu kencang sehingga membuat dia tanggal dari badan burung. Setelah tanggal, dia hanya menjadi selembar bulu yang sebentar lagi akan kering dan lapuk. Terlepas dari bagian kehidupan membuatnya merasa tidak berarti.
Mendengar keluhan bulu itu, Dia memanggil angin dan berbicara kepadanya, agar meniup dan menerbangkan kembali bulu kecil itu. Angin diminta-Nya untuk menjatuhkan bulu itu di tanah yang subur. Dan Dia pun berkata kepada bulu kecil itu, “Terbanglah..Aku sudah berbicara dengan angin dan menyuruhnya membawamu pergi ke tanah subur. Sekalipun engkau lapuk nanti, bukannya tidak berarti. Engkau akan menjadi bagian dari tanah yang akan menumbuhkan kehidupan.”

----------
Mijil -5

Nora ana kang tan mupangati
Jer rinengkuh ing Roh
Kang dumadi ana lantarane
Neges mring urip wruh ati wening
Kabeh kang dumadi
Sumarah Hyang Agung

--------------------------

Tidak ada segala sesuatu yang tanpa arti jika dalam naungan Roh Kudus. Apapun yang ada, tentulah ada penyebabnya. Bertanyalah pada kehidupan agar mampu melihat dengan hati yang jernih. Seluruh kehidupan ini serahkan saja pada Allah yang Maha-Agung.

(30/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)


Pengundian Kupon "Tanda Cinta Untuk Kapel"

Pada hari Minggu, 29 Nopember 2015 pukul 19.30 WIB di Gereja St. Petrus Donoharjo Utara dilakukan pengundian “Kupon Tanda Cinta Untuk Kapel”. Suasana akrab diiringi hujan rintik-rintik menghantar acara pengundian ini. Tak kurang 40 orang hadir menjadi saksi pengambilan kupon. Sebelum proses pengundian dilakukan, masih terlihat semangat umat untuk berbagi dengan menambah partisipasi untuk berbagi kupon. Dari target 1000 kupon atau nominal Rp 50.000.000,- diperoleh penggalangan dana sebesar Rp 48.100.000,- dari kegiatan ini. Sesuai yang tertera di dalam lembaran kupon telah disediakan hadiah berupa 1 Yamaha Mio dan 2 TV LED 32 inchi. Hadiah utama 1 Yamaha Mio adalah persembahan dari Sumber Baru Motor.

Berikut hasil pengundian “Kupon Tanda Cinta Untuk Kapel”
1.       Yamaha Mio, No Kupon 000146 an Ibu Yulia Sudarti (Ngepas)
2.       TV 32 LED Inchi, No Kupon 000566 an Primitiva TW (Madiun)
3.       TV 32 LED Inchi, No Kupon 000284 an Ant. Suratini (Gondanglutung)

Terima kasih kepada kepada Bapak/Ibu/Sdr/i yang telah berkenan ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan “Kupon Tanda Cinta Untuk Kapel”.

Selamat malam  dan Berkah Dalem.



Photo Liputan


Suasana Penarikan Undian



Dengan ditutup mata perwakilan umat mengambil kupon undian

Pemenang Undian  TV LED Pertama: Primitiva TW, diwakili Bapak Yuli

Pemenang Undian TV LED Kedua: Ant. Suratini

Pemenang Undian Yamaha Mio: Ibu Yulia Sudarti diwakili Ibu Hudoyo (Kaling Ngepas)

SILENCIO INCOGNITO Hari ke-25 : Bapa Kami

Hari ke-25 : Bapa Kami
Malam hari di tengah gurun, Dia berdoa kepada Bapa. Entah apa yang dikatakan-Nya kepada Bapa, namun Dia pernah mengajarkan kepada kita sebuah Doa dengan menyebut nama Bapa, yakni Doa Bapa Kami. Mungkin apa yang Dia katakan kepada Bapa tidaklah sama dengan rumusan dalam Doa Bapa Kami. Namun apa yang Dia ajarkan itu membuat kita pun bisa berdoa kepada Allah sebagai Bapa kita.
Maka marilah kita berdoa kepada Bapa sebagaimana yang pernah Dia ajarkan kepada kita semua:

Abwoon d'bwashmaya....
Nethqadash shmakh.......
Tetey...malkuthakh...
Nehwey tzevyanach......
Aykanna  d'bwashmaya aph b'arha........
Hawvlan lachma d'sunqanan yaomana.........
Washboqlan khaubayn .......
aykana daph khnan shbwoqan l'khayyabayn.....
Wela tahlan l'nesyuna.Ela patzan min bisha....
Metol dilakhie malkutha ........
wahayla wateshbukhta..... l'ahlam almin.

----------
Mijil -3

Dhuh Rama mba atur pangabekti
Kanthi andhap asor
Rinengkuha mba minangka lare
Amba adreng nampi Hyang Roh Suci
Dunung sarta wening
Dateng karsanipun

--------------------------
Ya Bapa, hamba menghaturkan bakti dengan penuh kerendahan hati. Peluklah hamba sebagai anak. Hamba sungguh merindukan untuk menerima Roh Kudus. Sehingga hamba bisa mengerti, dan jelas memahami kehendak-Mu.

(29/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)



Saturday, November 28, 2015

SILENCIO INCOGNITO Hari ke-24 : Berdoa dalam Roh

Hari ke-24 : Berdoa dalam Roh
Berdoa adalah kebutuhan bagi hidup rohani. Maka doa merupakan kebutuhan roh. Namun seringkali berdoa digunakan bukan untuk memenuhi kebutuhan roh melainkan kebutuhan raga dan jiwa. Yesus mengajarkan kepada kita bahwa jika kita hendak berdoa, supaya masuk ke dalam bilik, menutup semua pintu dan berbicara dengan Allah yang ada di tempat tersembunyi. Inilah yang dimaksudkan dengan doa dalam roh.
Ketika Doa hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan raga dan jiwa, maka Allah hanya dilihat sebatas pada aspek manfaat bagi manusia. Ketika kita tidak berdaya, menderita, maka kita berdoa. Sebaliknya saat merasa kuat dan mampu, kita tidak berdoa. Saat sedih dan berduka kita berdoa, sebaliknya saat gembira dan bahagia lupa untuk berdoa. Allah didesak untuk memenuhi kebutuhan kita melalui doa, bahkan seringkali dengan syarat-syarat tertentu.
Roh merupakan kesadaran kita yang hidup berhubungan dengan Sang Sumber Hidup. Kebutuhan roh adalah menyatu dengan Allah Sang Sumber Hidup. Maka dalam roh, kita senantiasa mempunyai kerinduan untuk bertemu, berkomunikasi dengan Allah. Dalam hal ini Doa menjadi sebuah cara pemenuhan kebutuhan tersebut. Hidup dalam Roh mempunyai konsekuensi setia dan tekun dalam doa. Dengan berdoa, maka Allah menjadi sumber kekuatan bagi kita untuk terus tumbuh dan berkembang dalam kehidupan iman, terus setia berjalan menuju ke arah-Nya.
Buah dari doa dalam roh, bukanlah kemampuan fenomenal, bukan mukjizat yang luar biasa. Buah dari doa dalam roh adalah kesetiaan, keteguhan, kedamaian dan penyerahan diri.

----------
Mijil -3

Marak sowan ing ngarsane Gusti
Lumebet rat ing roh
Kori katutup manekung lire
Nedya wanuh  Gusti kang siningit
Sagung atur uni
Minangka pisungsung

--------------------------
Datang menghadap ke hadirat Allah, dengan mask ke dunia rohani. Seluruh pintu ditutup sebagai ungkapan manembah. Ingin bertemu dengan Dia yang tersembunyi. Segala kata dan suara terwujud sebagai persembahan.


(28/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)

Undangan Pengundian Kupon Tanda Cinta Gereja St. Petrus Donoharjo Utara

Salam Damai

Mengharap kehadiran Bapak/Ibu/Sdr/i dalam acara Pengundian Kupon Tanda Cinta untuk Gereja St. Petrus Donoharjo Utara pada:

Hari        : Minggu
Tanggal  : 29 Nopember 2015 
Waktu     : 19.00 WIB
Tempat   : Gereja St. Petrus Donoharjo Utara
Hadiah    : 1 (satu ) unit Yamaha Mio (off the road) dan 2 (dua) buah TV LED 32 inch

Partisipasi Tanda Cinta Untuk Gereja  St. Petrus Donoharjo Utara dibuka sampai dengan tanggal 28 Nopember 2015. Bapak/Ibu/Sdr yang ingin berperan serta dapat menghubungi Tim Penggalangan Dana Tata Ulang Gereja St. Petrus Donoharjo Utara dengan contact person:Yohanes Heri Yulianto (08164275607)

Berkah Dalem

Friday, November 27, 2015

SILENCIO INCOGNITO Hari ke-23 : Hidup dalam ROH

Hari ke-23 : Hidup dalam ROH
Ketika Adam diciptakan, Allah membuatnya dari tanah liat kemudian meniupkan roh ke dalamnya sehingga manusia itu hidup. Yesus sebagai Allah Putera pun meniupkan Roh kepada kita semua sehingga kita pun hidup sebagai manusia baru. Hidup dalam Roh sebagai manusia baru telah kita alami dalam pembaptisan. Persoalannya sekarang apakah kita tetap hidup dalam roh? Adakah manusia baru itu tumbuh dan berkembang dengan baik ataukah tidak?
Roh Kudus yang dikaruniakan kepada kita sehingga kita menjadi manusia baru, bukan datang dan pergi, datang lagi dan pergi lagi. Roh Kudus yang sudah diturunkan ke dunia tidak kembali lagi ke atas, melainkan terus menyertai kita di dunia ini. Namun sering kali hati kita tertutup terhadap peran dan penyertaan-Nya sehingga seolah-olah Dia tidak turun. Hidup dalam Roh berarti bersedia terus menerus membuka diri terhadap peran dan penyertaan Roh Kudus.
Apa yang membuat hati kita tertutup? Banyak hal yang membuat kehadiran Roh Kudus tidak bisa kita rasakan. Ketakutan, kehawatiran, kesombongan, ketidakpedulian, dendam dan kebencian merupakan penghalang bagi Roh Kudus untuk masuk dalam kehidupan kita. Maka jika kita ingin benar-benar hidup dalam Roh, kita harus belajar menyingkirkan semua itu.
Roh Kudus adalah Roh Allah, dan Allah adalah kasih. Roh Kudus mendorong kita untuk bisa mengasihi. Untuk dapat mengasihi, kita harus mampu menyingkirkan hal-hal yang berlawanan dengan sifat kasih tersebut. Ketidakpedulian, dendam dan kebencian menjadi penghalang utama dalam mengasihi. Ketidakpercayaan, kekhawatiran juga merupakan penghalang untuk bisa mengungkapkan kasih. Pertobatan adalah pintu utama untuk bisa membuka kehidupan kita terhadap peran penyertaan Roh Kudus. Selanjutnya kesetiaan dalam proses berjalan menuju pada Allah, berproses dalam hidup rohani, akan semakin mendewasakan kita.

----------
Mijil -2

Kadyo angin sumilir ing njawi
Roh minangka dhayoh
Mokal mlebet yen rapet korine
Sagung palang, kedah gya sumingkir
Manteb jroning batin
Ngantu rawuhipun

--------------------------
Seperti angin yang bertiup di luar, Roh bagaikan tamu yang tidak akan masuk jika semua pintu tertutup rapat. Segala penghalang mestinya segera disingkirkan. Percaya sepenuhnya dalam hati, menantikan kehadiran-Nya.

(27/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)




SILENCIO INCOGNITO Hari ke-22 : Altar Suci

 Hari ke-22 : Altar Suci
Lukisan hari ke-22, menggambarkan Yesus sedang membangun Mezbah. Sebagaimana Nuh yang mengungkapkan syukur atas keselamatan dengan membangun mezbah untuk mempersembahkan kurban bakaran. Bagi Yesus, korban bakaran apa yang hendak Dia persembahkan kepada Bapa? Dan sebagaimana Abraham, Nuh, serta para nabi lain yang membangun mezbah dari tumpukan batu, mezbah sederhana dan sangat sederhana, namun persembahannyalah yang penting di mata Allah. Maka Yesus pun membangun mezbah dengan tumpukan batu.
Yesus adalah Sang Anak Domba Allah. Dia menjadikan hidup-Nya sendiri sebagai kurban persembahan untuk keselamatan seluruh manusia. Maka mezbah yang dibangun-Nya dengan sangat sederhana itu menjadi mezbah atau altar yang suci, dan akan dibangun-Nya kembali nanti di puncak Golgota.
Jika Dia mengajak kita untuk membangun mezbah atau altar, altar semacam apa yang hendak kita bangun? Terbuat dari apapun altar  itu, yang terpenting adalah apa yang kita persembahkan. Sebah altar menjadi berarti bukan hanya karena estetikanya, melainkan lebih karena wujud persembahannya. Jika Yesus sendiri mempersembahkan hidup-Nya, sanggupkah kita pun mempersembahkan hidup kita di altar itu? Mempersembahkan kemerdekaan dan kebebasan kita, mempersembahkan kelebihan dan kekurangan kita.
Persembahan kita menjadi suci jika disatukan dengan tubuh dan darah Kristus yang merupakan persembahan paling mulia bagi Allah. Altar kita menjadi suci jika dipersatukan dengan altar Kristus, dan altar Kristus itu adalah Hati-Nya yang kudus.

----------
Mijil -1

Mangga samya mbangun altar suci
Jer manembah ing roh
Mboten namung wonten ing wujude
Nanging mantheng, jatmika ing budi
Ruruh jroning batin
Manunggal ing Kristus

--------------------------

Marilah membangun altar suci, karena menyembah dalam roh,
Bukanlah hanya pada wujudnya, tetapi teguh dan baik dalam bersikap,
Rendah hati dan tulus, menyatu dalam Kristus.

(26/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)

Wednesday, November 25, 2015

SILENCIO INCOGNITO Hari ke-21 : Masihkah Setia?

 Hari ke-21 : Masihkah Setia?
Sampai hari ke-21 Yesus ingin menegaskan lagi kesediaan kita mengikuti Dia. Tidak ada apapun di belakang sana. Tidak ada istana yg megah, tidak ada harta melimpah. Sedang yang kita ikuti pun bukan seorang yang bermahkota, bukan seorang dengan pakaian mewah seperti bangsawan. Dia bertanya, adakah kita masih tetap ingin mengikut Dia?
Mengikut Dia, berarti harus pula mengalami berbagai godaan. Bahkan godaan yg kini harus dihadapi merupakan godaan yang sangat berat. Maka sekali lagi Dia bertanya, adakah kita masih sedia mengikuti-Nya?
Apa yang akan kita masuki kini bersama Dia adalah kenyataan yang penuh misteri. Kenyataan yang berada di luar jangkauan nalar dan kekuatan pikiran manusia. Tidak ada lagi yang bisa kita andalkan kecuali keyakinan dan kesetiaan pada Bapa semata. Maka sekali lagi Dia bertanya kepada kita, masihkah kita bersedia mengikut Dia?

----------
Asmaradana-6

Sampun den niyati
Lumebet ing ara-ara
Kadya iber peksi blekok
Tan pinanggya tedhanipun
Drajat semat datan ana
Setya ndherek Gusti iku
Manggih bagya salaminya
--------


Sudahkah kita niati? Masuk ke dalam padang gurun. Seperti burung bangau, terbang ke sana tidak akan mendapatkan makanan. Pangkat dan harta tidak ada. Setia mengikut Allah itu, akan menemukan kebahagiaan selamanya.

(25/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)

Tuesday, November 24, 2015

SILENCIO INCOGNITO Hari ke-20 : Tiada Jalan Lain

Hari ke-20 : Tiada Jalan Lain
Lukisan ini mengacu pada godaan ke-2 (seturut Injil Lukas), namun ada perbedaan dimana Yesus tidak dibawa ke bubungan Bait Allah, melainkan ke tempat yg sangat tinggi dan tidak ada lagi jalan keluar. Satu2nya jembatan yg ada sdh rusak. Iblis menawarkan satu-satunya kemungkinan yg ada yakni agar Yesus menerjunkan diri.
Begitu pun dalam kehidupan kita. Ketika kita dalam situasi terjepit, terpojok oleh keadaan, seolah tidak ada lagi jalan keluar, saat itulah iblis mulai menggoda kita agar kita menuntut Allah untuk membuktikan kasih-Nya. Dengan mudahnya kita seringkali tergoda untuk mencobai Allah. Bahkan mengancam Allah, kalau Dia tidak menolong maka kita tidak akan lagi percaya kepada-Nya.
Marilah kita renungkan secara mendalam, sudah berapa kali kita mencobai Dia. Sudah berapa kali kita meragukan dan tidak yakin akan kasih-Nya, sehingga kita berpaling pada illah lain.
Bertobat, adalah jalan untuk kembali kepada-Nya. Membangun kembali keyakinan, bahwa dalam situasi apapun kita akan tetap mengandalkan Dia dan tidak meragukan kasih-sayangNya.
Apa yang dialami oleh Yesus di padang gurun, yakni godaan untuk mencobai Allah sangatlah manusiawi. Ketika seseorang dalam kesendirian, tidak ada yang diperhatikan dan tidak ada yang memperhatikan. Tidak ada yang peduli dan tidak ada yang bisa dipedulikan. Tidak ada yang mencintai dan tidak ada pula yang dicintai. Maka pertanyaan yang wajar keluar adalah, apa arti hidup ini? Hidup serasa tidak ada artinya sama sekali.
Manusia membutuhkan perhatian sekaligus obyek untuk diperhatikan. Hal ini berkaitan dengan eksistensi manusia. Jiwa membutuhkan ruang eksistensi, untuk diakui keberaadaannya. Dalam kesendirian ini, eksistensi menjadi terganggu, sebab tidak ada yang memperhatikan dan tidak ada yang diperhatikan. Untuk memenuhi kebutuhan ini maka seseorang berbuat atau melakukan sesuatu untuk menarik perhatian orang lain. Mencari-cari perhatian, agar orang lain sadar akan keberadaannya dan mengakui keberadaannya.
Iblis menggoda Yesus untuk mencari perhatian Allah Bapa. Jika Yesus mengikuti, maka iblis bisa berkata bahwa ternyata Yesus tidak yakin akan penyertaan Bapa. Yesus tidak percaya kepada Bapa, sehingga menuntut perhatian. Inilah yang ditolak oleh Yesus. Dia demikian yakin bahwa Allah tidak pernah berhenti memperhatikan, sehingga tidak ada alasan untuk mencobai atau meragukan Bapa. Bagaimana dengan kita???????
Terkadang ada suatu keadaan yang membuat kita berpikir bahwa Allah sungguh tidak ada, Allah sungguh tidak peduli, Allah sungguh tidak memperhatikan. Kapan itu terjadi? Biasanya ketika kita berada dalam kesulitan dan sangat membutuhkan pertolongan Allah, tetapi pertolongan Allah itu tidak kunjung datang.
Allah selalu memperhatikan umat-Nya. Dia selalu memperhatikan permohonan kita. Persoalannya bukan pada Allah, melainkan pada diri kita sendiri. Seringkali kita memohon agar Allah memenuhi permintaan dengan cara kita, sesuai dengan apa yang kita gambarkan. Kita berusaha memohon tetapi juga mendikte Allah agar berbuat sebagaimana yang kita pikirkan. Maka ketika Allah berbuat dengan cara-Nya, justru kita mengabaikan dan tidak peduli. Lalu kita menganggap bahwa Allah tidak memenuhi permohonan kita, padahal Allah sudah berbuat namun kita tidak melihatnya. Maka biarkan Allah bekerja dengan cara-Nya, dan kita membutuhkan bantuan Roh Kudus agar peka dalam melihat cara Allah bekerja. Roh Kudus hanya akan bekerja jika hati kita terbuka terhadap kehadiran-Nya.

Asmaradana-5

Sasat sampun telas margi
Cupet rumpil nalaripun
Batos lajeng menga-mengo
Nutuh dhateng Gustinipun
Gumiwang anggen percaya
Pamartobat ingkang baku
Mbangun pitados kewala
--------

Seakan sudah kehabisan jalan, sempit dan sulit seluruh nalar. Batin pun kemudian mencari-cari, bahkan mempersalahkan Tuhan. Runtuhlah kepercayaan. Maka bertobat sungguh penting, untuk membangun kembali iman.

(24/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)


Monday, November 23, 2015

SILENCIO INCOGNITO Hari ke-19 : Dalam Damai

Hari ke-19 : Dalam Damai
Dalam kesendirian, Dia merasakan sepi dan sunyi. Dalam lelah...Dia merasakan kantuk yang sangat. Maka ditepisnya kekhawatiran akab segala bahaya. Ditidurkannya pikiran esok mesti berbuat apa. Dalam damai, dilelapkan raga-Nya. Dalam damai diistirahatkan pikiran-Nya.
Pikiran kita, kapankah kita mengistirahatkan? Terkadang dalam tidur pun masih terbawa. Bahkan sering tidak bisa tidur karena pikiran terus mengembara... Antara cemas dan khawatir, antara keinginan dan ketidakmampuan, antara takut dan penasaran. Pikiran terua berputar tanpa pernah berhenti. Hingga lelah raga, pikiran kadang terus melanglang sampai jatuh dalam ketidaksadaran.
Berani percaya mengenai esok, berani pasrah untuk yg sudah, sepertinya semakin sulit kita lakukan. Kedamaian semakin jauh dari jangkauan. Marilah sejenak kita perhatikan ketika anak2 yg masih kecil tidur dengan pulas. Tampak jelas kedamaian tergambar di raut wajah mereka. Mengapa? Karena pikiran mereka pun beristirahat. Mereka tidak terganggu tadi dan nanti.
Jika kita berani percaya kepada-Nya, bukan sekedar ucapan kata-kata. Maka kita bisa menerima dan menyambut kehidupan sebagaimana anak kecil. Jika kita percaya pada-Nya, maka kita pun bisa menyambut Tuhan sebagaimana kanak2 menyambut kehidupan. Damai...damailah senantiasa. Damai dalam percaya.


Asmaradana-4

Rina wengi trus kumitir
Nora mandheg tansah kojah
Was sumelang datan kendo
Wonten pundi pasrahipun
Pracaya kandheg ukara
Pitados mring Gusti iku
Sumarening cipta rasa...
---------
Siang malam terus berputar, tiada pernah berhenti..terus saja berulah. Cemas dan khawatir tiada pernah lelah. Dimanakah letak kepasrahan jika percaya berhenti pada kata2 belaka?

Percaya pada Allah itu, berarti mengistirahatkan cipta dan rasa dalam rengkuhan-Nya.

(23/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)

Sunday, November 22, 2015

SILENCIO INCOGNITO Hari ke-18 : Inilah Kasih

Hari ke-18 : Inilah Kasih
Dia berdiri dengan tangan terentang dan tubuh tegak, seperti burung hendak terbang. Posisi itu mengingatkan kita akan posisi Dia saat disalibkan. Namun Dia tidak sedang disalibkan dan bukan pula hendak terbang. Dia mengenakan pakaian lengkap, dan berdiri di atas gurun, bukan di gunung Golgota. Benar, Dia tidak sedang disalibkan melainkan sedang menjelaskan apa makna salib.
10 Perintah Allah, mengatur hubungan manusia dengan Allah (1-3) dan hubungan manusia dengan manusia lain (4-10). Kedua hubungan inilah yang menjadi dasar dari hukum kasih. Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap akal budimu, kasihilah sesamamu seperti engkau mengasihi dirimu sendiri.
Relasi kasih, adalah sikap dalam kesadaran penuh. Bukan sekedar kewajiban, bukan tuntutan hukum dan norma kepantasan. Kasih adalah perwujudan dari hidup sebab hidup itu sendiri sudah merupakan kasih yang dikaruniakan Allah bagi manusia. Dalam kesadaran bahwa manusia hidup berhubungan dengan Dia yang memberi hidup, di sinilah kasih itu tertanam. Dalam kesadaran bahwa manusia menjadi manusia karena adanya manusia lain, di sinilah kasih itu tumbuh dan berbuah. Maka ajaran Dia mengenai Kasih merupakan bangunan kesadaran yang lengkap bagi manusia. Bangunan inilah yang Dia gambarkan dengan cara merentangkan kedua tangan-Nya menghubungan manusia yang satu dengan manusia yang lain, sementara tubuh-Nya menjulur ke atas menghubungkan manusia dengan Allah. Inilah SALIB, bangunan kesadaran yang Dia ajarkan dan tanamkan kepada kita.
Jika tiba saat-Nya, bangunan kesadaran itulah yang hendak Dia tegakkan. Bangunan kesadaran yang runtuh dan hancur karena sikap manusia. Bangunan kesadaran yang luluh berantakan karena pengaruh iblis, hendak Dia bangun kembali di atas bukit Golgota. Salib kayu yang Ia pikul adalah wujud nyata dari bangunan kesadaran itu, dan diganti dengan tubuh-Nya sendiri serta dimateraikan dengan darah-Nya, sehingga menjadi bangunan keselamatan bagi semua manusia.
Tiada kasih yang lebih besar dari kasih seorang yang merelakan nyawanya bagi sahabatnya, Inilah Kasih, inilah Salib. Bersediakan kita memikulnya dengan cara senantiasa membangun kesadaran itu di dalam hidup keseharian kita?


Asmaradana -3

Katresnan Dalem Dhuh Gusti
Miyak wates papan mangsa
Tansah tuwuh jati kayon
Mrih kawula gya lestantun
Ndherek gesang salaminya
Suprandene tansah muwun
Sambat cupet kirang nrima.


(Kasih sayang-Mu ya Allah, melintasi batas ruang dan waktu. Selalu menumbuhkan hidup yang sejati, agar kami bahagia selalu, mengikuti Engkau hidup selamanya. Meski demikian kami selalu bersedih, mengeluh kurang dan tidak mampu bersyukur.)

(22/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)

SILENCIO INCOGNITO Hari ke-17 : Kasih Tuhan

Hari ke-17 : Kasih Tuhan

Aku iki apa?
Aku dudu apa-apa
Aku iki sapa?
Aku dudu sapa-sapa
Aku iki sing endi?
Aku sing tansah ditresnani Gusti

Aku ini apa?
Aku bukanlah apa-apa
Aku ini siapa?
Aku bukanlah siapa-siapa
Aku ini yang mana?
Aku adalah yang senantiasa dikasihi-Nya

Asmaradana -2

Ing pada Dalem dhuh Gusti
Mba pinda lebu pinara
Ambeg kwasa datan ngilo
Ron aking guna kalangkung
Andamel subur kang cengkar
Namung Gusti tresna tuhu
Datan kendat sih mring amba

(Di hadapan-Mu ya Allah, hamba ini seperti debu yang terbagi-bagi. Mengandalkan kuasa dan tiada pernah bercermin. Daun kering pun lebih berguna, bisa menjadikan tanah tandus menjadi subur. Namun kasih setia-Mu Tuhan, tiada pernah mengalir kepada hamba.)
(21/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)

Friday, November 20, 2015

SILENCIO INCOGNITO Hari ke-16 : Melihat Manusia

Hari ke-16 : Melihat Manusia
Dari ketinggian Dia melihat manusia yang menempuh perjalanan. Perjalanan hidup entah mereka akan kemana. Ada yang berjalan sendiri, ada yang berjalan bersama orang lain. Dan Dia pun sendiri pula di padang gurun. Namun ketika Dia melihat manusia lain, meski di kejauhan, Dia tidak merasa sendiri. Meski mereka tidak dikenal-Nya, namun Dia merasa ada manusia lain dan bukan seorang diri.
Ya.., manusia..merasa dirinya tidak sendirian ketika melihat keberadaan orang lain. Sekalipun di tempat asing, tidak ada yang dikenal, dan tidak ada yang mengenalnya, tetap tidak akan merasa sendiri. Namun seandainya tidak ada seorang pun yang dilihat, maka kesendirian itu akan segera menyengat. Ternyata merasa sebagai manusia, menjadi manusia itu karena adanya manusia lain. Menyadari adanya manusia lain, barulah kita akan menjadi manusia. Tidak ada manusia yang merasa sebagai manusia ketika sejak bayi dia tidak pernah bertemu dengan manusia lain. Manusia hanya merasa sebagai manusia karena adanya manusia lain. Menghargai manusia lain, berarti pula menghargai diri sendiri. Itulah kenyataan yang tidak bisa diingkari. Kesadaran inilah yang mestinya kita jaga.
Tidak menghargai orang lain, bersikap sewenang-wenang terhadap orang lain, merasa berkuasa atas orang lain serta menginjak harkat dan martabat orang lain, tanpa disadari pula justru merendahkan diri sendiri. Maka bertanyalah ‘Aku ini siapa?’ jika tanpa keterlibatan orang lain. Bertanyalah ‘aku ini siapa?’ jika hidup menjadi sama sekali tidak berarti bagi orang lain. Aku bukanlah siapa-siapa, tanpa orang lain. Aku bukanlah siapa-siapa, jika hidupku tidak berarti bagi orang lain.

Asmaradana -2

Kang yekti iku punapi
Mboten namung aneng raga
Jiwa jumeneng ing njero
Tan karimat tundhonipun
Dak wenang tumrap pepadha
Mangaji liyan liripun
Mangaji dhiri pranyata


(Yang sesungguhnya manusia itu apakah? Yang sejati itu bukan hanya pada raga, juga jiwa yang bersemayam di dalam. Jika tidak dipelihara, akibatnya akan bersikap sewenang-wenang terhadhap sesama. Menghargai orang lain itu, berarti menghargai diri sendiri pula).

(20/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)

Thursday, November 19, 2015

SILENCIO INCOGNITO Hari ke-15 : Di Hadapan-Nya

Hari ke-15 : Di Hadapan-Nya
Aku adalah manusia. Apakah manusia itu? Serupa titik di muka bumi, titik yang tak kelihatan diriku adanya. Apakah bumi itu? Sebuah planet dari banyak planet yang menjadi anak-anaknya matahari. Dan apakah matahari itu? Sebuah bintang dari milyaran bintang dalam galaksi, dan hanya tampak satu titik terang adanya. Masih ada ribuan bahkan jutaan galaksi dalam semesta yang tanpa batas. Matahari tak kelihatan, dan bumi…. debu pun bukan. Manusia? Bukan apa-apa dalam kemahaluasan semesta.

Seluruh semesta itu adalah ciptaan-Nya. Maka dihadapan-Nya, apakah manusia itu? Apa lah aku ini? Sungguh bukan apa-apa, debu pun bukan. Adakah alasan bagi kita untuk merasa besar, merasa hebat dan agung? Adakah pengaruhku pada seluruh semesta ini, mampukah aku merubah setitik saja apa yang ada di jagad raya? Aku sungguh bukan apa-apa. Di hadapan-Nya, aku bukanlah apa-apa. Jika aku mencari diriku di luasnya alam semesta, mustahil aku bisa menemukannya.

Maka, tunduklah aku pada kebesaran-Nya. Lenyaplah aku, di depan ke-agungan-Nya. Sungguh besarlah kasih-Nya padaku, sebab meski aku bukanlah apa-apa, namun Dia menghendaki Putera-Nya untuk menyelamatkan diriku. Putera-Nya yang sungguh agung datang merengkuh dan menyelamatkan manusia yang sungguh bukanlah apa-apa.


Maka ingatlah aku, betapa dalam hidup ini, aku merasa menjadi yang terbesar, lebih besar dari orang lain. Aku merasa kuat dan lebih perkasa dari orang lain. Di depan-Nya aku bertobat, sebeb sesungguhnya aku bukanlah apa-apa. Dia Sang Raja Semesta Alam, dan aku bukanlah apa-apa.

Asmaradana -1

Murwane duk tutwuri
Myang Kristus ing ara-ara
Tumoleh lan ndangu ingong
Punapi kang dennya luru
Dhuh Gusti mba ngluru kula
Sang Kristus ngendikanipun
Ndherek ingsung gya uninga


(Awalnya ketika berjalan mengikuti Kristus di pasang gurun. Dia berpaling dan bertanya padaku, apakah yang engkau cari? Ya Tuhan, aku mencari diriku. Dia pun berkata, “Ikutlah Aku engkau akan melihatnya sendiri).

(19/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)

Wednesday, November 18, 2015

SILENCIO INCOGNITO Hari ke-14 : Berbincang dengan Bayang

Hari ke-14 : Berbincang dengan Bayang
Ketika hidup dalam kesendirian, tidak ada seorang pun yang bisa diajak berbicara. Mungkinkah sebongkah batu yang hanya diam membisu yang akan diajak berbicara? Masih lebih baik berbicara dengan bayangan sendiri, sebab bayangan selalu mengikuti bentuk tubuh, mengikuti gerakan tubuh. Setidaknya bayangan lebih mirip manusia daripada sebongkah batu. Setidaknya bayangan akan selalu setia mengikuti kemanapun tubuh itu pergi dan muncul manakala sinar menerangi.
Tanpa sinar, tanpa cahaya, bayangan itu lenyap. Ketika gelap gulita, tidak muncul bayangan sama sekali. Bayangan adalah sahabat ketika sinar itu datang dan kita tidak bersembunyi darinya. Allah adalah terang yang kehadiran-Nya membentuk bayangan dari diri kita. Maka bayangan yang dibentuk dari sinar terang Allah adalah anugerah yang senantiasa mengikuti hidup kita, dan keberadaannya menyatakan bahwa terang itu ada. Tanpa Allah maka hidup menjadi gelap gulita, manusia berjalan seperti orang buta, meraba-raba dalam kekhawatiran dan ketakutan.
Kristus adalah terang bagi manusia. Terang yang sesungguhnya yang menerangi hidup manusia. Namun kadang kita bersembunyi dari-Nya. Kita justru memilih untuk diam dalam kegelapan dan kehilangan bayangan, atau lebih senang berada di bawah bayang-bayang orang lain. Marilah kita keluar dan berdiri di bawah sinar kasih-Nya. Kita akan kembali menemukan bayangan dan berdialog dengannya. Berdialog tentang kehadiran-Nya yang dinyatakan melalui keberadaan bayangan itu. Berdialog tentang diri kita sendiri, tentang hidup kita. Ketika kita berjalan, bayangan itulah yang akan terus mengikuti kita dan menyadarkan kita akan keberadaan-Nya, akan kehadiran-Nya. Dia setia sebagaimana Kristus pun setia terhadap kita.

Pangkur ke-7

Yen bleger tanpa wewayang
Pindha wuta lumampah trus malipir
Ing pundi sunar dumunung
Amrih antuk pepadhang
Jer Sang Kristus minangka pepadhang agung
Manungsa wruh wewayangnya
Tutwuri trus ing salami


(Jika tubuh tanpa bayangan, seperti orang buta terus berjalan di tepian. Mencari dan terus mencari dimana sinar berada, agar mendapatkan terang. Hanya dalam Kristus sebagai terang yang agung manusia mendapatkan bayangannya, yang terus mengikuti dari belakang selamanya)

(18/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)

SILENCIO INCOGNITO Hari ke-13 : Sang Penggoda

Hari ke-13 : Sang Penggoda
Godaan bisa muncul dari dalam dan juga dari luar. Godaan dari dalam berasal dari keterbatasan, ketidaknyamanan, keinginan, dan perasaan-perasaan. Godaan dari luar bias jadi dari orang lain, dari keadaan, maupun dari iblis.
Godaan-godaan dari dalam dan dari keadaan alam sudah bisa diatasi oleh Yesus, kini giliran godaan yang muncul dari iblis. Untuk apa iblis menggoda, apa tujuannya? Yesus masuk ke padang gurun untuk mengalami kemanusiaan, untuk menjadi manusia sepenuhnya. Maka iblis berusaha menggagalkan hal tersebut dengan cara membuat Yesus menggunakan kuasa Illahi-Nya. Jika Yesus menggunakan-Nya, maka gagallah apa yang menjadi tujuan Yesus.
Iblis, Sang penggoda tidaklah bodoh. Dia tidak muncul dalam wujud yang menyeramkan, yang menakutkan. Iblis tidak mengancam atau mengintimidasi Yesus. Dia muncul dalam wujud manusia yang sangat membutuhkan pertolongan. Manusia yang kelaparan, yang kurus-kering dan sangat membutuhkan makan untuk keluarganya. Dia menggoda rasa manusiawi Yesus yang penuh belas kasih. Namun Yesus tahu siapa yang dibelakang manusia itu. Dia tetap menolak menggunakan kuasa Illahi-Nya untuk mengubah batu menjadi roti, sekalipun orang yang dihadapan-Nya merengek-rengek.
Apakah iblis saat ini sudah tidak lagi menggoda Tuhan? Tidak mengganggu dan mengusik Tuhan? Sampai saat ini iblis selalu menggoda melalui manusia. Iblis menggunakan kita semua untuk mengganggu Tuhan. Ketika kita berada dalam keadaan terjepit, sangat kekurangan, sangat membutuhkan pertolongan, maka dengan cara yang sama iblis menggunakan kita. Iblis membuat kita mendesak Tuhan untuk melakukan mukjizat bagi kita. Kita berharap Tuhan melakukan suatu hal yang ajaib, seperti mengubah batu menjadi roti.
Banyak orang datang ke tempat peziarahan mengharapkan mukjizat. Banyak orang berdoa meng harapkan mukjizat. Bagaimana kemudian Tuhan bersikap terhadap desakan manusia? Tuhan pasti tahu apa yang ada di belakang kita. Jika kita benar-benar jujur, tulus, dan sangat membutuhkan pertolongan, maka Dia akan menolong. Dia akan menyelamatkan hidup kita. Namun Tuhan pun menggunakan cara untuk melakukan hal itu. Dia menyelamatkan kita menggunakan orang lain, entah siapa, entah kapan dan entah pula dimana dan bagaimana, untuk menyelamatkan kita. Tuhan tidak pernah berhenti menyelamatkan manusia. Dia tidak mengubah batu menjadi roti.

Pangkur -6

Gusti yekti Mahakwasa
Mokal lamun tan bisa angudhari
Ruwet rentenging bebendu
Sagung jalma ing donya
Estu luruh twin pasrah  panyuwunipun
Sumarah saat lan cara
Gusti temtu ngijabahi


(Sungguh Allah Mahakuasa, tidak mungkin Allah tak mampu menyelasikan peliknya persoalan dan bendana manusia di dunia. Benar-benar tunduk dan pasrah dalam memohon, berserah akan waktu dan cara bagaimana Dia hendak melakukan-Nya. Allah pasti akan mengabulkan permohonan kita.)

(17/11/2015 - Gregorius Garuda Sukmantara)

Tuesday, November 17, 2015

Sugeng Rawuh Romo Bismoko, Pr dan Para Frater Seminari Kentungan

Hari ini 17 Nopember 2015 adalah hari ke-13 perjalanan Silencio Incognito di taman doa Gereja St. Petrus Donoharjo Utara. Pukul sembilan malam lebih beberapa menit, sharing dimulai. Tak lama berselang datang satu rombongan dan bergabung di taman doa. "Sugeng rawuh Romo Bismoko, monggo pinarak lenggah" sahut Ibu Garuda ketika melihat rombongan ini datang. Ternyata rombongan ini adalah Romo Bismoko, Pr beserta para Frater dari Seminari Tinggi Kentungan. 

Setelah ibadat malam usai, Romo beserta para Frater berkenan berkeliling untuk melihat bangunan Gereja yang belum selesai dan mengamati hasil lukisan perjalanan Silencio Incognito karya Bapak Garuda Sukmantara yang telah memasuki hari yang ke-13 ini.

Terima kasih Romo Bismoko dan para Frater telah berkenan rawuh dan berdoa bersama di taman doa ini. Berkah Dalem.



Ibadat Malam di Taman Doa


Romo Bismoko bersama para Frater dan Bapak Garuda Sukmantara