“MEMPERKOKOH PERUTUSAN MENEGARA”
(Dibacakan/diterangkan dalam Perayaan Ekaristi, Sabtu dan Minggu, 15-16 Agustus 2015)
Umat Allah Keuskupan Agung Semarang yang terkasih.
(1) Senin, 17 Agustus 2015 kita rayakan ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia ke-70. Anugerah kemerdekaan ini patut disyukuri dan kita rayakan. Bersyukur karena dengan proklamasi kemerdekaan yang dianugerahkan Allah dan dibacakan Soekarno-Hatta atas nama Bangsa Indonesia, merupakan jembatan emas menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Republik Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
(2) Kemerdekaan yang salah satu tujuannya memajukan kesejahteraan umum, disusun dalam negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar Pancasila. Pancasila merupakan asas keutamaan kebijaksanaan yang menjadi basis bagi asas kenegaraan (politik) berupa bentuk Republik yang berkedaulatan rakyat. Hal ini menjadi basis bagi penyelenggaraan kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang tercantum dalam peraturan pokok hukum positif, termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945. Dengan asas UUD 1945 itu pula, berdiri bentuk susunan pemerintahan dan seluruh hukum positif, yang mencakup segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dalam pertalian hidup bersama, kekeluargaan dan gotong royong untuk kebahagiaan nasional dan internasional, baik rohani maupun jasmani (lih. Notonagoro, 1955). Pancasila kita gunakan bukan hanya karena asas kepentingan, tetapi karena kita yakin bahwa Pancasila itu benar (lih. Driyarkara, 1966).
(3) Hari ini bersama seluruh Gereja, kita rayakan Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga. Bunda Maria, karena keterlibatannya yang total dalam karya keselamatan Allah, dianugerahi mahkota kemuliaan surgawi, bercahaya dengan berselubungkan matahari, bermahkotakan dua belas bintang dan beralaskan bulan. Bunda Maria sejak awal telah membangun keutamaan kehidupan. Sebagai Ibu Tuhan, ia terlibat sangat aktif dan total pada setiap karya kebaikan, menghidupi iman kepercayaannya pada penyelenggaraan Tuhan. Dalam Pujian Magnifikat, Bunda Maria menyadari diri sebagai manusia yang rapuh, namun ia percaya bahwa bekerja dan berjuang bersama Tuhan untuk mewujudkan kebaikan dan keselamatan, tidak ada yang mustahil. Bunda Maria percaya bahwa Allah, Sang Juruselamat, telah dan akan melakukan perbuatan besar bagi umat yang dikasihi-Nya.
Saudara-saudari yang terkasih di dalam Tuhan.
(4) Seraya memuji anugerah Allah yang dilimpahkan kepada Bunda Maria, kita patut bersyukur dengan tampilnya pribadi-pribadi umat beriman Katolik yang terlibat aktif sejak masa perjuangan hingga mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Tidak terbilang mereka yang aktif berjuang mewujudkan kesejahteraan dan kepentingan bersama (bonum commune), terlibat dalam dinamika menegara, sosial politik dan kemasyarakatan. Mereka hadir sebagai individu maupun berkelompok di partai-partai politik, organisasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan berbagai bentuk lainnya. Patut disyukuri kegairahan umat dalam memahami dan merespon dinamika menegara akhir-akhir ini.
(5) Kita semua menyadari bahwa perjuangan mewujudkan kesejahteraan tidaklah gampang. Masyarakat kita masih didera ketidakadilan dan rentan terhadap berbagai tindakan serta provokasi politik mendasarkan pada isu SARA, yang berujung pada tindakan kekerasan fisik maupun verbal. Peran dan kehadiran negara/pemerintah dari pusat sampai daerah dalam memastikan warga negaranya terlindungi kehidupan dan martabatnya serta memperoleh hak-hak ekonomi, sosial dan politik masih kita pertanyakan.
(6) Semua umat beriman diharapkan hadir bersama Negara menguduskan kehidupan menegara agar semangat dan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan dan semangat para Bapak Pendiri Bangsa dapat kita wujudkan, alami, nikmati dan kembangkan. “Sekarang telah tiba keselamatan, kuasa dan pemerintahan Allah kita! Sekarang telah tiba kekuasaan Dia yang diurapi Allah! Sebab para pendakwa yang siang malam mendakwa saudara-saudara kita di hadapan Allah telah dilemparkan ke bawah!” (Wahyu 12:10). Tugas khas kaum awam untuk menguduskan kehidupan menegara dengan terlibat langsung atau tidak langsung guna mengadakan tata-tertib umum dan menciptakan kemakmuran bersama (Driyarkara, 1966). Keterlibatan bukan demi keterlibatan itu sendiri melainkan keterlibatan dalam proses pengawalan kebijakan publik yang muaranya kesejahteraan bersama dan menggerakkan kehidupan bersama.
(7) Kita semua bersyukur bahwa tugas mulia ini akan ditanggapi semakin bersemangat. Diperlukan upaya nyata untuk mewujudkannya, dengan cara:
(a) Setiap umat Katolik di wilayah Keuskupan Agung Semarang menyadari keterlibatan kehidupan menegara sebagai bentuk kehadiran Gereja dalam dunia. Diperlukan usaha terencana misalnya dengan pendampingan kaum muda dan perempuan agar terlibat dalam sosial kemasyarakatan. Formatio iman berjenjang perlu mewujudnyatakan pengajaran iman yang menyuburkan kepedulian dalam kehidupan memasyarakat dan menegara, mulai dari keluarga, sekolah dan di paroki.
(b) Dunia perutusan terbentang luas. Umat Katolik KAS diharapkan menjadi pegiat dan penggerak secara langsung untuk mewarnai dunia sosial-politik-kemasyarakatan agar semakin nyata “terang telah hadir” di tengah bangsa ini. Aktif terlibat dan mengurus kegiatan RT/RW, Kelurahan, Kecamatan; Kaum muda yang telah berumur 18 tahun ikut terlibat aktif dalam Organisasi Kemasyarakatan seperti Wanita Katolik RI, PMKRI, Pemuda Katolik, Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA), Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI), terlibat di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), menjadi pengurus Partai Politik, anggota Legislatif, dan sebagainya. Kegiatan pengudusan kehidupan menegara mendesak untuk dimasuki oleh umat Katolik agar kehidupan menjadi lebih baik. Ormas-ormas Katolik dan Pengurusnya perlu bangkit dan bergerak, membawa sinar terang.
(c) Dalam menanggapi pelaksanaan pemilihan umum kepala daerah/wakil kepala daerah (PILKADA) serentak tanggal 9 Desember 2015 dan sudah mulai berproses sejak bulan Juli, diharapkan umat Katolik menggunakan hak pilih secara cerdas dan bijak, menolak politik uang dan mendasarkan diri pada pertimbangan pilihan pasangan calon yang paham dan mampu mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kebijakan publik di daerahnya. Perlu dipertimbangkan rekam jejak calon yang telah menunjukkan jiwa kepemimpinan yang arif-bijaksana dan mengedepankan nilai-nilai persaudaraan yang inklusif-toleran. Upaya ini merupakan bagian dari tugas menguduskan kehidupan menegara di tingkat lokal dan perlu dipegang teguh.
(d) Saya mendorong keluarga-keluarga Katolik, guru/pendidik Katolik, sekolah Katolik dan Yayasan Katolik untuk mengajarkan nilai-nilai luhur Pancasila dan implementasinya dalam kehidupan bermasyarakat dan menegara, agar masa depan bangsa diisi oleh pribadi-pribadi yang mencintai bangsa dan negara ini secara sungguh-sungguh. Gerakan anti tindakan koruptif dan membela para korban penyalahgunaan obat/narkoba menjadi prioritas perhatian kita.
Kita ucapkan: Dirgahayu Indonesia! Sambutlah cinta umat Katolik Indonesia, khususnya di KAS ini. Semoga menjadi bangsa yang bertaburkan cinta, solidaritas, kerukunan, damai dan sejahtera, gemah ripah loh jinawi.
Semarang, 12 Agustus 2015
Salam, doa dan Berkah Dalem
† Johannes Pujasumarta
Uskup Keuskupan Agung Semarang